Sunday, December 24, 2017

Review Ayat-ayat Cinta 2 : Antara Tetap Setia atau Melupakan Masa Lalu

Pilih yang mana ya?

"Hal yang paling layak untuk dicintai adalah cinta itu sendiri dan hal yang paling layak dibenci adalah kebencian itu sendiri" 
 (Fahri, mengutip Syaikh Said Nursi)

Setelah hampir 10 tahun sejak film pertamanya muncul, akhirnya Ayat-ayat Cinta 2 kembali hadir di bioskop mulai tanggal 21 Desember. Alhamdulillah saya mendapatkan tiket di hari pertama pemutarannya yang hampir semua bioskop full house. Keuntungan nonton sendiri, ya itu, bisa dapat kursi walaupun bioskop sudah penuh. Hehehe…

Saya ingat tahun 2008, animo masyarakat begitu antusias dengan kehadiran film yang dilabeli “islami” ini. Saya yang saat itu gak pernah ke bioskop akhirnya kembali nonton ke bioskop. Waktu itu usai mengaji mingguan yang selesai pukul 11 malam, saya bersama seorang teman menonton A2C jam 23.45 di Setiabudi 21. Kemudian saking sukanya sama film ini nonton untuk kedua dan ketiga kalinya. Walaupun saya tidak habis membaca novelnya, tapi bagi saya film ini sangat bagus pada zamannya. Sempet ngedumel juga sih dengan beberapa pemain filmnya yang menurut saya kurang cocok, tapi tetap saja film ini masuk kategori bagus bagi saya. Oiya, karena film ini pula saya jadi rajin ke bioskop. Hahaha…


 
Poster film A2C2 yang ada dimana-mana (mahal boo)


Film A2C2 kali ini hampir 80% mempunyai karakter yang berbeda. Fahri tetap diperankan oleh Fedi Nuril (and he’s acting so well), Aisha kali ini bukan diperankan Riyanti Cartwright melainkan oleh Dewi Sandra. Peran tambahan yang baru ada di novel keduanya adalah Hulusi (diperankan Pandji P), Hulya (Tatjanan Saphira), Keira (Chelsea Islan), Misbah (Arie K. Untung), Nenek Chatarina (Ade Irawan), Brenda (Nur Fazura), dan lainnya. Sutradaranya pun berganti ke Guntur Soeharjanto dari sebelumnya Hanung Bramantyo. Kali ini Kang Abik turut mengawasi pembutan film ini.

Kisah dibuka dengan suasana konflik di Palestina. Aisha berada di daerah yang sedang dibombardir oleh Israel itu. Scene pun berganti saat Aisha terjatuh. Selanjutnya digambarkan kehidupan Fahri yang sekarang sudah menjadi Professor di Universitas Edinburgh. Kehidupan Fahri begitu sempurna, harta yang banyak, rumah yang mewah, usaha yang banyak, teman-teman yang baik, otak yang cerdas, dan banyak dikagumi oleh wanita. Inilah yang akhirnya menjadi konflik utama dalam film ini, hubungan Fahri dengan wanita-wanita itu. Sementara Fahri berusaha setiap dengan Aisha yang kondisinya tidak diketahui, namun wanita-wanita itu terus berada di sekeliling Fahri. Terus setia atau melupakan masa lalu. Cerita pun ditambahi dengan bumbu-bumbu rasisme, konflik Palestina-Israel dan hubungan antar manusia. Jika sudah membaca novelnya pasti akan mudah langsung menebak akhir dari cerita ini. Kalau saya, sebelumnya googling dulu cari spoiler isi bukunya jadi secara garis besar sudah tau isi ceritanya. Hehehe…

 
Foto "keluarga" jaman now. Btw, TS cantik ya pake hijab.

Dari film ini ada beberapa catatan dari saya baik kelebihan maupun kekurangannya. Berikut yang menjadi catatan saya :


KELEBIHAN

1. Film ini berani mengangkat isu Palestina – Israel yang secara kebetulan kondisinya sesuai dengan keadaan sekarang. Hal ini menurut saya cukup BERANI, karena PH yang memproduksi film ini adalah PH terkenal. Jarang-jarang ada PH yang mau menampilkan masalah dunia islam. Bagi Mas Guntur ini adalah film keduanya yang mengangkat isu Palestina setelah film “Jilbab Traveler Love Sparks In Korea”. Fahri menggambarkan muslim yang sangat toleransi terhadap agama apapun. Bahkan ada adegan yang Fahri menyebutkan, “Bukan Yahudinya yang kita benci, tetapi gerakan Zionis nya”. Itu bagi saya keren bingits! Lalu saat Baruch mengusir ibu tirinya, Chatarina, Fahri yang datang dan menolongnya. Padahal awalnya Chatarina sangat jutek pada Fahri. Pada saat debat pun Chatarina yang Yahudi yang menolong Fahri dari tuduhan Baruch. Pokoknya scene ini informatif banget deh!


2. Sinematografi yang ciamik. Entah kenapa kalau Mas Guntur yang jadi sutradara, saya selalu terhibur dengan gambar-gambar yang ada di filmnya. Pengambilan gambarnya indah dan suasananya asyik banget khas Mas Guntur banget deh. Mas Guntur berhasil menggambarkan Kota Edinburgh yang klasik, indah dan nyaman. Seorang teman yang dulu pernah kuliah di Inggris sampai baper saat menonton film ini, pengen kembali ke Edinburgh. Tapi benar ciamik apa yang ditampilkan di film ini. Lagi-lagi jadi bikin saya mupeng kesana.


3. Akting yang keren. Akting paling keren menurut saya adalah Fedi Nuril, yang hampir setiap scene sedih dia menguarkan air mata secara alami. Jadinya saya yang nonton ikutan sedih. Akting Tatjana Saphira, Chelsea Islan, dan Dewi Sandra juga bagus tapi menurut saya belum istimewa. Sebagai perbandingan yang disebut istimewa menurut saya adalah akting Laudya Cintya Bella di Film Surga Yang Tak Dirindukan. Akting mencuri perhatian justru datang dari Nur Fazura (kali ini bukan Nora Danish lagi yang dipakai) aktor asal negeri jiran yang walaupun kebagian peran kecil tapi bagi saya sangat memorable. Akting Pandji dan Arie juga bagus termasuk pula akting Ade Irawan. Tapi tetap belum istimewa. Catatan lainnya, akting para pemain bulenya pun tidak ada yang kaku. Beda dengan film BTDA yang menurut saya akting para bule nya “aneh”. Bahkan Milene Fernandez berbicara bahasa Inggris dengan menggunakan logat british yang menambah totalitas akting mereka.


4. Jalan cerita lancar dan mengalir. Nonton film A2C2 kali ini saya bener-bener gak pengen selesai. Seperti membaca buku yang difilmkan. Cerita mengalir lancar dan menarik. Tidak banyak adegan-adegan yang menurut saya tidak perlu. Sampai di akhir cerita pun terus mengalir dan lancar tanpa hambatan. Walaupun ada beberapa adegan yang menurut saya “ilogical” tapi untuk penonton umum mungkin masih bisa diterima.


5. Sarat hikmah. Udah gak perlu diraguan lagi kalau ini ya. Secara yang nulis kan Kang Abik, lulusan Al Azhar Mesir. Adegan sarat makna yang paling saya suka adalah saat Fahri sudah hampir putus asa dan dia meminta nasehat kepada Misbah di pelataran masjid. Juga saat seorang Imam yang bacaannya salah, diperbaiki oleh Fahri dan Imam itu tidak marah melainkan malah berterima kasih (padahal itu Imam Besar). Hal ini semakin menggambarkan bahwa Islam itu indah (jama'ah oh jama'ah...).


Nah, selanjutnya ini beberapa kekurangan yang saya temukan dalam film ini :

KEKURANGAN 

1. The Too Perfect Fahri. Tokoh Fahri bagi saya terlalu sempurna dan hanya akan ada di kehidupan novel saja (wajar ya, kalau penulis bisa melakukan apa saja dengan si tokoh). Sudah ganteng, pinter dan kaya pula. Setiap hal yang dilakukan Fahri pasti baik. Selain itu Fahri juga setia. Dia masih susah beranjak dari Aisha yang entah masih hidup atau sudah tiada. Kehadiran Hulya, Brenda dan Keira pun tak lantas membuat Fahri menjadi centil pada wanita-wanita itu, sebaliknya Fahri malah merasa risih dan menjaga jarak. Maka tak heran ketika Fahri meminang Hulya, tidak banyak penonton yang mempermasalahkan poligami ini. Padahal kalau karakter Fahri digambarkan jahat dan kejam, udah pasti langsung kena perundungan. Hehehe.


2. Beberapa jalan cerita yang dipaksakan. Misal ketika Sabina menjadi asisten rumah tangga di rumah Fahri, masa iya, Fahri tidak mengenali kalau itu Aisha? Padahal tokoh Sabina gak terlalu ketutup banget, malah matanya terlihat jelas. Masa sih Fahri tak mengenali mata istrinya cuma gegara istrinya sudah menjadi buruk rupa (kalau di film buruknya gak terlalu ketara sih). Katanya si Fahri cinta…hehehe. Kemudian saat Hulya meminta Aisha untuk face off wajah, apa iya penampilan itu yang paling utama sehingga Aisha yang berwajah buruk mesti cantik dulu agar cocok sama Fahri? Dan hasil face off nya yang 100% sama dengan wajah Hulya ditambah proses face off nya yang cepet bingits! Bagi penonton kritis seperti saya mungkin ini amat sangat mengganggu. Tapi dibandingkan dengan keseluruhan cerita, mungkin hal ini bisa tertutupi dengan baik.


3. Musik yang megah, penuh diva tetapi forgetable. Untuk sountrack film kali ini, pihak PH sampai meminta 4 diva terkenal, Raisa, Krisdayanti, Rosa, dan Isyana Saraswati. Tapi menurut saya lagunya belum ada yang makjleb. Berbeda saat A2C 1 yang hanya diisi Rosa dan Sherina, lagu-lagunya sampai sekarang pun masih terngiang dengan jelas. Sountrack nya yang sekarang memang mewah sih tapi bagi saya forgetable.


4. Ada adegan yang gak banget. Dan adegan ini ada di film A2C 1 maupun yang sekarang, yaitu adegan usai Fahri dan Hulya sholat sunnah bersama (saya gak mau jelasin maksudnya apa ya). Bagi saya itu langsung ngerusak isi film. Pentingnya apa dan apa perlu digambarkan seperti itu? Apalagi ini film Islami loh! Banyak orang tua yang mengajak anak-anaknya menonton juga menambah ke “enggak banget” an adegan ini. Kalaupun di cut kayaknya gak akan mengganggu jalan cerita deh.


Secara keseluruhan film A2C2 ini masuk kategori bagus dan layak ditonton. Tentu saja film ini tidak cocok ditonton anak-anak karena mereka bakalan ruwet dengan masalah cinta orang dewasa. Hahaha… Mewahnya film ini memang dapet dan sepertinya budgetnya gila-gilaan. Promosinya pun gak kalah gila. Itu poster film ada mulai dari di bilboard gede, kereta api, dll. Iklannya pun berseliweran di tivi-tivi nasional jadi gak akan mengherankan jika film ini nanti bakalan tembus 1 juta penonton. Mudah-mudahan aja bukan cuma kemewahannya aja yang di dapat oleh penonton tetapi hikmah yang ada di film ini juga bisa ditangkap.

Sekarang saya kasih score untuk film ini :

Akting 8.5/10
Skenario 8/10
Cinematografi 9/10
Overall 8.8/10


In the end, wajiblah ya bagi kita mendukung film-film Indonesia yang sehat dan bagus. Apalagi film ini berlabel “islami” jadi mesti banget didukung. Bukan malah menjelek-jelekkan atau mengajak orang untuk tidak menonton film ini. Beberapa kekurangan wajarlah ya, asalkan secara umum jalan ceritanya masih bagus dan dapat diterima. Saya sendiri merekomendasikan untuk menonton film ini. Yuk, nonton film ini dan bagi anda yang suami istri bisa-bisa jadi tambah lengket. Sedangkan bagi yang sendiri, siap-siap baper dan caper ya! Lol***(yas)





Bogor, 24th of December 2017
@RiceBowl BSB, 17.26 pm
Selamat ulang tahun Kendryo sayaangg….



 
Film kali ini diangkat dari buku AAC2 yang laris manis bak kacang goreng.


Saturday, December 23, 2017

Ibu, maafkanlah aku... (A belated Mother's day greetings)

Here laid down my beloved mom


“Kamu merawat Ibumu sambil menunggu kematiannya. Sementara Ibumu merawatmu sembari mengharapkan kehidupanmu”.
— Umar bin Khattab Ra


“Yas, could you build me a home?”


Minggu itu adalah minggu terakhir kalinya Saya bertemu dengan dia. Seorang wanita yang berbaring lemah di atas tempat tidurnya dengan tubuh yang semakin tirus.

Saya tidak menyadari bahwa itu adalah tanda terakhir yang diberikan olehnya sebelum akhirnya dia pergi selama-lamanya. Saya sempat “memaksa” nya untuk makan sesuap nasi beserta sup dan pudding kesukaannya. Walaupun pada akhirnya semua makanan itu tumpah kembali lewat mulutnya berupa cairan hijau seperti “klorofil”. Entah kenapa, Saya yang biasanya sangat jijik dengan muntah, langsung menenangkan ibu yang panik karena lantai menjadi kotor dan seprai di kasur berubah warna.

“It’s ok, mom. I’ll take over this.” ujar saya dan dengan segera membersihkan lantai dan mengganti seprai.

Andaikan Saya tahu ini adalah minggu terakhirku melihat wajahnya lagi, mungkin saya akan terus berada di rumah saja menemani hari-hari terakhirnya. Namun yang terjadi Saya malah kembali ke kost-an di Bekasi dan sibuk dengan segala hal.

Kemudian, Saya merasa enggan untuk pulang ke rumah minggu itu. Semua kakak-kakak saya sedang berkumpul di rumah untuk menghibur ibu. Saya ingin menyelesaikan beberapa urusan yang menunggu deadline nya, padahal itu adalah long weekend, Senin libur bertepatan dengan hari raya nyepi.

Tak lama, sebuah message masuk lewat ponsel saya, “Yas, mom sudah gak ada.” Pesan yang singkat dan padat dari kakak saya.

Pardon me? What actually did you mean?

Detik berikutnya ponsel saya kembali dibombardir dengan pesan-pesan serupa yang membuat Saya lemah tak berdaya. Saya menelepon balik kakak saya,

What did you mean? Are you serious? Don’t fool me!” Saya meradang keras. 

Namun kakak saya hanya mengatakan, “You can see her by your eyes!”. 

Saya menangis mearung-raung sendirian di dalam kamar kost. Minggu itu jam sudah menunjukkan pukul 5 sore. Kakak-kakak saya yang lain menyarankan “Don’t ride a motorbike in this situation. You won’t be focus,” Tapi Saya tak memedulikannya. Saya menangis sepanjang perjalanan. 

“Mom… why? Why you leave me? Why? Why?”

Saat Saya berada di Rumah sakit tempat beliau dibawa tadi, Saya melihat kakak saya sedang duduk di samping tubuh ibu yang sudah terbujur kaku dengan wajah yang sudah ditutupi kain. Saya menangis sejadi-jadinya. 

“Mom….why? Why? I can’t bear this,” 

Yang ada pada saat itu adalah rasa penyesalan yang amat sangat kepada ibu saya. Kenapa saya tidak pulang dengan cepat? Kenapa saya masih sibuk bekerja? Kenapa saya… Kenapa saya?? Dan segudang penyesalan yang menggunung tinggi. Bahkan saat jenazah ibu dibawa pulang ke rumah pun, saya hanya jatuh tersungkur di kamar dan tak berhenti menangis. Beberapa kawan-kawan dan sahabat saya berusaha menghibur, namun I really feel nothing. I'm lose a single piece of puzzle in my heart. It tears me down, it breaks me so hard. Sampai ketika ibu saya dimasukkan ke dalam liang kuburnya pun saya seperti tak rela. Mengingat wajah tuanya saja sudah membuat saya susah untuk bernafas dan lagi-lagi….feel nothing!

Sehari setelah kepergiannya, gairah hidup saya menurun drastis. Saya berhenti makan untuk beberapa hari. Bahkan sesudahnya, usai makan saya selalu memuntahkan semua isi perut saya. Air mata selalu mengalir dalam kondisi apapun. Walaupun berusaha untuk tegar, kemudian saya akan berlari ke kamar mandi untuk menangis. Semangat hidup saya pun meredup. Mengingatnya kembali memberikan dampak yang sangat tidak baik bagi hidup saya. It really hard to move on! Sakitnya lebih sakit dari apapun, terlebih jika kau sangat akrab dengan ibumu. 

Selama 3 bulan dan kemudian 1 tahun perlahan-lahan saya mulai bangkit menata hati saya yang pecah. Walaupun sekarang mungkin sudah utuh kembali, tetapi bekasnya itu masih kentara. Layaknya sebuah gelas yang pecah dan kau menambal pecahannya agar utuh kembali, namun gelas itu masih ada bekasnya bukan?

Hanya Allah lah yang akhirnya menguatkan kaki ini untuk berdiri tegak kembali dan menatap sinar pada ujung sebuah kegelapan.

***

Saya dan ibu bisa dikatakan sangat akrab. Saking akrabnya, seorang sahabat pernah berkata, 

“Yas, ada gak ya hubungan anak dan ibu yang segila kamu?” 

Ya, saya sangat akrab. Bila ibu saya sedang makan dan saya melihat makanan yang dimakannya enak, pasti saya langsung minta disuapin dari piring ibu saya. Kadang saya tidur bersama ibu saya sambil menganggap tubuhnya sebagai guling. Kalau saya sedang gemes, pasti pipi ibu saya yang mulai keriput itu menjadi sasaran saya. Sering juga bergelayut manja di bahunya atau sekedar mencandainya. Jika ibu saya sedang marah, maka saya selalu meniru gesture-nya sehingga membuat ibu saya makin tambah marah. Tak lama kemudian tertawa. Kalau sedang gajian, sering membelikannya makanan yang enak-enak, yang ujung-ujung tak pernah dimakannya melainkan diserbu oleh keponakan-keponakan saya. Jika melihat baju daster pasti maunya beli untuk ibu saya. Maka dari itu teman saya merasa hubungan saya dan ibu saya “gila” karena bisa bercanda layaknya teman.

Suatu malam saat saya masih kuliah di Yogjakarta, telepon di rumah kost saya berdering. Waktu itu pukul satu malam dan saya masih asyik berkutat dengan tugas kuliah. Bapak kost yang mengangkat waktu itu dan suaranya terdengar sampai kamar saya yang kebetulan berada tak jauh dari tempat telepon itu berada. Tak lama Bapak kost itu memanggil saya, “Yas, telepon dari Jakarta.” Saya agak kaget karena jika telepon tengah malam itu biasanya mengabarkan berita yang kurang enak. Saya pun menerima telepon itu. Suara bapak saya.

“Ada apa, Pak?”

“Ini, ibumu terbangun di tengah malam dan ingat kamu,”

“Terus?”

“Dia nangis dan mau tau kabar kamu,”



Begitulah ibu saya. Selalu kepikiran sama anaknya. Bahkan sampai tengah malam di jarak 350 kilometer.

Beberapa ribu jam setelahnya saat saya pulang ke rumah pada masa libur kuliah, beberapa orang menceritakan kepada saya bahwa ibu saya tidak makan karena selalu mengingat saya! Bagi saya itu mungkin terlihat mengharukan sekaligus lebai apalagi saya bukan tipikal drama king.

Dan setelah kepergian ibu saya maka wajarlah bagi saya begitu kehilangan beliau. Setiap hari saya merinduinya, menangis untuknya dan terdiam untuknya. Rasa sakit itu begitu susah dilupakan hingga kini. Melihat fotonya saja atau berziarah ke kuburnya langsung mengungkit luka lama. It hurts me bad! Even I didn’t want to live anymore!

Teringatlah dosa-dosa saya pada ibu saya. Dulu saya sering sekali meninggalkannya di rumah dengan alasan sibuk berdakwah di luar rumah. Sering menyakiti hatinya dengan kata-kata setajam pisau. Pernah tidak mematuhi apa yang menjadi nasehatnya. Pernah membohonginya dan lainnya. Bahkan saya tidak pernah memahami bahasa diamnya yang menandakan dia tidak suka. Tangis kekhawatirannya seringkali saya anggap sebagai suatu hal yang berlebihan. Omelannya yang merupakan rasa kasih sayang sering saya anggap sebagai makian untuk saya. Ahhh… Ibu, andaikan kau ada disini, ingin aku memelukmu lagi dan mendekap tubuhmu erat.


Ibu, maafkanlah aku…

Sungguh engkau merawatku dengan penuh kesabaran dan kasih sayang surga. 
Engkau merawatku dan membesarkanku dengan cinta yang terbuat dari permata yang tiada tandingannya. 
Namun, aku merawatmu tidak dengan sungguh-sungguh.

Ibu, maafkanlah aku…

Adakah jalan yang bisa kulalui agar kutahu bahwa kau redho dengan apa yang kulakukan? 
Adakah kesempatan bagiku untuk meminta maaf kepadamu lagi? 
Adakah kesempatan bagiku untuk melihat senyummu lagi?

Ibu, maafkanlah aku… 

Kau mendoakan aku dengan sepenuh hatimu. 
Kau meminta kepada Allah dengan keredhoan langit dan bumi. 
Kau meminta perlindungan yang paling hakiki agar aku tak salah jalan dan tersesat. 
Namun, aku begitu sombong untuk selalu menolak apa yang menjadi titahmu.

Ibu, maafkanlah aku…

Kau berjalan menembus malam hanya untuk mencari cahaya untukku. 
Kau tertatih menahan perih demi aku anakmu terhindar dari kesusahan. 
Kau tersenyum dengan senyum paling purnama yang menghalau resah dihatiku.

Ibu, maafkanlah aku…

Pada saat aku tak bisa lagi berbicara denganmu, 
pada saat aku tak bisa lagi menatap wajahmu, 
pada saat aku tak bisa lagi membaui khas tubuhmu, 
pada saat aku kehilangan arah, rasa sesal itu pun hinggap dan menghancurkan hari-hariku. 
Rasa penyesalan yang terus menggerogoti diriku akan betapa nista dan bodohnya aku, 
tak sempat meminta maaf hingga akhir hayatmu.

Ibu, maafkanlah aku…

Walaupun ku yakin kau sudah berbahagia di sana, 
namun aku akan selalu rindu…rindu dan rindu. 
Rindu berdetik banyak dan tak akan mungkin terbalaskan. 
Hanya lantunan doa yang menjadi penghubung rindu kita. 
Ku yakin kau sudah aman di sisi Allah.

Ibu, maafkanlah aku…

Kau merawat aku dengan penuh kasih 
dan aku merawatmu untuk menunggu kematianmu.


Oh, can you hear it in my voice?
Oh, can you see in my eyes?
Love for you is alive in me.
Oh, can you feel it in my touch
Know that I always have enough
Your love is alive in me…


Ibu… Ibu… Ibu… I really miss you so bad***(yas)







Bekasi, 23rd of December 2017
@Chicking Giant, 18.46 pm
Ibu aku rindu setengah mati…
Daffi bpk juga rinduuu….



Disinilah Ibu saya berbaring untuk selamanya


Seperti enggan melanjutkan hidup

Kau merawatku sambil menunggu kehidupanku

The last photo when she visited Mekkah




Tuesday, November 28, 2017

Review Marlina Si Pembunuh Dalam 4 Babak : Antara Sup Ayam, Kepala Buntung dan Curhat Para Feminis

Kill Bill versi Indonesia


“Aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik kepada para wanita.”
(HR Muslim: 3729)

***

Pernah menonton film-film karya Quentin Tarantino? Kill Bill, misalnya, di mana seorang wanita yg dikhianati oleh teman-temannya menuntut balas dan membunuhi mereka semua satu persatu. Dalam film MSPD4B tampaknya sutradara Mouly Surya terinspirasi dengan gaya penyutradaan ala Quentin Tarantino. Beberapa unsur musik, yg salah satunya memasukkan musik suasana khas koboi, atau suasana gersang namun indah, juga pernah saya saksikan di beberapa film QT yg ada di film MSPD4B. Berikut Saya akan mengulas sedikit tentang film ini.


Marlina baru saja kehilangan suami dan anaknya saat Markus, seorang perampok datang dan berencana memperkosanya bersama teman-temannya yang lain yang akan datang ke rumah Marlina. Jenazah sang suami belum lagi dikuburkan karena Marlina masih mengumpulkan uang untuk upacara adat kematian suaminya tersebut. Mayat itu dibiarkan Marlina duduk memeluk kakinya (yang sepertinya menjadi adat dari masyarakat Sumba untuk mendudukkan mayat hingga upacara adat dilaksanakan) di sudut ruangan rumahnya. Ketika teman-teman Markus datang, Marlina memberikan sup ayam sesuai permintaan Markus. Tanpa dinyata mereka, Marlina telah mencampurkan racun ke dalam sup ayam tersebut dan langsung menewaskan 4 teman Markus yang memakannya. Namun saat dia hendak mengantarkan sup ayam untuk Markus yang sedang tidur di kamarnya, tanpa sengaja sup tersebut tumpah saat Markus terbangun ketika Marlina hendak memberikannya. Markus pun menistakan keperawanan Marlina. Tak disangka ternyata Marlina telah mempersiapkan parang yang dengan sekali tebas, kepala Markus pun jatuh ke lantai. Selanjutnya, Marlina ingin mengadukan perbuatan Markus dan kawan-kawannya kepada polisi. Dia pergi dengan membawa kepala Markus. Dalam perjalanannya inilah penggalan kisah Marlina dimulai. Mulai dari bertemu Novi, Franz, dan sebagainya. Untuk lengkapnya saksikan sendiri di bioskop ya!


Selamat makan malam! Enak gak sup nya?


Film ini mengangkat tema woman violent yang marak terjadi pada wanita yang dianggap sebagai pihak yang lemah. Marlina digambarkan sebagai pribadi malang yang sudah jatuh tertimpa tangga. Dia baru saja kehilangan anak dan suaminya, lalu kedatangan perampok yang menginginkan kehormatannya. Para lelaki di film ini pun digambarkan sebagai lambang superior di mana wanita hanyalah sebagai objek seks dan ketidakberdayaan saja. Hadirnya film ini selain ingin menampakkan wajah masyarakat yang sesungguhnya, juga sebagai lambang perlawanan perempuan terhadap ketidakadilan selama ini. Sehingga film ini bisa dikatakan "teriakan" para wanita agar nasib mereka lebih diperhatikan.


Beberapa kelebihan di film ini yang berhasil saya tangkap adalah :


1. Cinematografi yang sangat bagus.
Penggambaran kehidupan Marlina yang sendirian serasa berdampingan dengan alam Sumba yang kering namun indah. Setiap scene menggambarkan padang stepa luas dengan daun-daun yang menguning. Penggambaran ini mengingatkan saya akan film "Aisyah Biarkan Kami Bersaudara" yang juga memakai latar belakang NTT. Sutradara dan sinematografer berhasil memadukan kekuatan akting dengan lingkungan sekitar yang membuata mata dimanjakan dengan gambar yang indah selama film berlangsung.

2. Akting yang menawan.

Beberapa aktor yang hadir di film ini menyuguhkan akting yang sangat menawan. Marsha Timothy, misalnya yang diganjar sebagai best actreess dalam sebuah festival film di Catalonia, Spanyol. Marsha berhasil menggambarkan sosok Marlina yang nestapa namun tidak cengeng dan tetap tegar. Ditambah lagi akting pemeran pembantunya, Dea Panendra yang berperan sebagai Novi, juga menampilkan karakter yang lugu, teguh pendirian dan polos. Dia melengkapi perlawanan Marlina dengan ikut menolong Marlina di scene terakhir. Hampir dari semua aktor yang berada di dalam film ini menampilkan karakter yang baik termasuk pemeran sekilas semacam Tofan si gadis kecil anak pemilik warung makan, mamak yang akan menghadiri pernikahan keponakannya, dll.


3. Berani mengungkapkan fakta yang banyak terdapat di Indonesia.
Beberapa adegan di film ini mengungkapkan fakta-fakta yang ada di Indonesia. Karena film ini mengangkat tentang perempuan, maka isu yang dikemukakan sudah tentu menyorot penderitaan kaum perempuan. Misal, bagaimana orang yang sudah menderita seperti Marlina, harus menanggung "perayaan" kematian suaminya padahal hutang dari kematian anaknya juga belum lunas. Di tengah himpitan ekonomi seperti itu sepertinya "adat" tetaplah sesuatu yang penting, padahal makan untuk besok saja belum tentu ada. Sehingga masyarakat terkesan memaksakan apa yang sebenarnya mereka tidak mampu.


Fakta berikutnya adalah superior laki-laki terhadap perempuan yang hanya dilihat (kebanyakan) sebagai objek seksual saja. Ini digambarkan saat Markus dkk ingin merenggut kesucian Marlina dengan kalimat yang intinya, "Kamu akan menang banyak malam ini, Marlina!" Juga saat Franz ingin memperkosa Marlina di scene akhir, padahal Marlina sudah berbaik hati mengembalikan "kepala" Markus. Termasuk saat Novi dengan kehamilan 10 bulannya yang belum keluar juga yang membuat Ambu, suaminya, marah dan meninggalkannya. Ambu pun percaya bahwa anak yang dikandung Novi tidak bisa keluar karena Novi berselingkuh. Ya, walaupun di jaman sekarang ini faktanya banyak perempuan juga yang sengaja "menjual" dirinya demi kenyamanan, tetapi tidak sedikit pula yang merasa penghargaan diluar seksualitas itu lebih tinggi. Maka dari itu timbullah emansipasi wanita yang menginginkan keadilan dan kesamarataan dengan laki-laki.


Fakta lain yang diangkat dalam film ini adalah kebobrokannya sistem kepolisian. Saat Marlina sampai di kepolisian, dia harus menunggu lama agar laporannya dibuat karena para polisi itu sedang "sibuk" bermain pingpong. Pada akhirnya saat salah seorang polisi itu menerima laporan Marlina, itu pun hanya sekedar ink on the page, sekedar menerima aduan masyarakat saja. Marlina bahkan disalahkan saat tidak melawan Markus yang digambarkan olehnya kurus dan kecil.


4. Musik etnik yang menarik.

Film tanpa musik mungkin tidak akan menarik. Film MSPD4B ini menjadi semakin menarik dengan musik etnik yang khas selama adegan berlangsung. Adanya musik ini menguatkan ke-Indonesia-an dari film ini. Dalam beberapa bagian bahkan tokoh Franz bersenandung dengan bahasa Sumba.


Beberapa hal inilah yang menurut saya menjadi kekuatan dari film MSPD4B. Mouly Surya berhasil mengangkat isu yang sering diteriak-teriakkan kaum feminis. Walaupun ada beberapa tanya juga di benak saya, namun itu mungkin tidak terlalu kentara.



Siapa yang mau jadi korban berikutnya?


Sekarang beberapa kekurangan film ini yang berhasil saya tangkap :


1. Alur yang lambat.
Semua adegan dari Marlina membunuh Markus sampai Marlina akhirnya balik kembali ke rumahnya untuk menolong Novi yang disandera Franz hanya dilakukan kurun dalam waktu 24 jam. Padahal Marlina sudah berjalan jauh naik truk, lalu dilanjutkan berkuda (kudanya jalan ya, bukan berlari seperti di film koboi) semuanya seperti tidak masuk akal karena dilakukan hanya 24 jam. Mungkin jika Marlina naik motor pulang balik, masih masuk akal. Namun berkuda yang kudanya juga hanya jalan lalu berhasil kembali ke rumahnya dengan mampir dulu ke restoran Tofan, tidur siang bersama Tofan, dll agak mustahil dilakukan dalam 24 jam saja.


2. Beberapa hal yang tidak masuk akal.

Selama berjalan Marina terus menjinjing kepala Markus tanpa kebauan. Begitu juga saat orang-orang yang ditemani Marlina tidak merasa kebauan dengan bangkai kepala itu. Padahal saat Franz dan Niko, dua perampok lainnya, masuk ke dalam rumah Marlina, Franz sampai muntah-muntah. Ini penggambaran bahwa dia kuat atau gimana saya kurang paham. Marlina juga menemukan peti yang akhirnya dijadikan tempat menaruh kepala Markus. Adegan kepala itu ada di dalam peti juga saat dia berjalan bersama kuda tanpa pelana. Semakin mustahil saja.

Adegan lainnya, pakaian Marlina masih bersih padahal kepala itu sempat didudukkan di atas pangkuannya. Detil mungkin, tapi bagian ini justru yang membuat saya bertanya-tanya. Marlina juga lewat dari pandangan Franz dan Niko yang mengejarnya dengan sepeda motor saat truk yang membawa Marlina berhenti untuk buang air. Supir truk tersebut pun seakan dengan mudahnya menjadi pembela Marlina, padahal awalnya mereka sempat adu mulut.

Bagi saya detil seperti itu penting demi menjaga jalan cerita yang tetap masuk akal dan sesuai nalar.


3. Sosok yang lemah sekaligus kuat (membingungkan).
Marlina awalnya digambarkan sebagai wanita yang lemah yang dengan begitu saja menerima kedatangan para perampok. Satu hal yang saya herankan, saat Marlina hendak digagahi oleh Markus dia tidak mencoba melawan sekuat tenaga malah dia berada di posisi "woman on top". Bagi wanita yang sedang diperkosa rasanya aneh dengan hal seperti itu. Walaupun kemudian dengan posisi itu Marlina berhasil menebas leher Markus. Tetapi tetap saja menurut saya adegan seperti itu bukanlah adegan penting. Bisa saja Marlina berlari dan mengambil parang kemudian langsung menebas leher Markus tanpa perlu Markus menggagahi nya. Di lain kesempatan, Marlina malah tidak berdaya saat akan digagahi Franz. Bisa saja sebelum Franz sempat menggagahinya, dia sudah menebas leher Franz terlebih dahulu kan? Bagi saya karakter ini malah membuat bingung peran Marlina sendiri, sebagai wanita lemah tertindas atau wanita kuat?


4. Banyak adegan yang tidak perlu.

Beberapa adegan yang menurut saya tidak perlu salah satunya adalah adegan pemerkosaan yang dilakukan Markus kepada Marlina. Bagi saya itu "gak Indonesia banget!". Sutradara seharusnya bisa menginterpretasikan hal tersebut dengan sesuatu yang lain tanpa harus secara vulgar menyajikan hal seperti itu. Tanpa hal itu pun sepertinya film akan tetap lancar, misal dengan langsung masuk ke adegan menebas leher Markus. Bagi saya adegan ini adalah "tempelan" dan "pemanis" film saja yang tanpa divisualkan pun bukan masalah besar. Film ini layaknya film Hollywood kebanyakan yang memasukkan unsur "sex" dalam film-film mereka. Sangat disayangkan film sebagus ini, bagi saya, menjadi "rusak" dengan adegan tak penting itu. Padahal jika adegan itu tidak ada maka cakupan penonton film ini bisa lebih luas lagi. Contoh saja film PASIR BERBISIK besutan Nan T.Achnas yang bagus tanpa perlu memasukkan unsur seksualitas.

Adegan lainnya yang menurut saya mengganggu adalah ucapan-ucapan kotor, yang walaupun ini adalah fakta yang terjadi dalam masyarakat Indonesia, namun seharusnya Sutradara bisa meramunya dengan sesuatu yang lebih bermakna. Disini ungkapan-ungkapan seputar ranjang pun kerap dibicarakan, semisal saat Novi dan Marlina berdialog di truk atau saat mereka berdua sedang buang air kecil. Sehingga secara tidak langsung, lagi-lagi film ini mengangkat unsur "sex" agar lebih laris. Makian mungkin masih bisa saya maklumi, tetapi untuk hal-hal berbau seksualitas, di negara Indonesia mungkin tidak. Ya, kecuali jika film ini memang pangsa pasarnya adalah luar Indonesia. Oiya, adanya kucuran dana dari Perancis mungkin juga memengaruhi idealisme film ini.


5. Terlalu Quentin Tarantino

Seperti yang sudah saya jelaskan di atas jika film ini sangat QT. Unsur-unsur yang membuat saya bisa menyimpulkan hal ini adalah pengambilan gambarnya, kekelamannya, dan yang paling jelas pemenggalan babak dalam film ini yang memakai judul besar pada pergantian babak. Pemakaian judul itu mirip sekali dengan film Kill Bill, ketika QT memenggal setiap adegan untuk Beatrix pada setiap musuh yang dihabisinya. Namun, sutradara berhasil mengambil gambar yang ciamik yang menggambarkan suasana indah Sumba.


Kesimpulannya adalah film ini adalah teriakan kaum Feminis akan penindasan yang terjadi pada wanita. Untung saja sutradara tidak terjebak membawa film ini dengan mengaitkan pada agama tertentu (seperti yang terjadi di film NAURA DAN GANK JUARA). Kalaupun ada tentang agama, itu hanya sekedar saran dari Novi saja tetapi tidak menyinggung. Para feminis memenangkan tokoh wanita yang berhasil keluar dari intimidasi para lelaki.

Dalam agama yang saya anut, Islam, wanita memiliki kedudukan yang penting dan keberadaannya sangat dihargai bukan sekedar berkembang biak saja. Para lelaki diharuskan menghormati wanita dan memuliakan mereka. Al-Qur'an sendiri memasukkan banyak surat yang bertemakan tentang wanita, semisal surat An-Nisa. Jikapun dalam realita modern sekarang ini banyak penindasan terhadap wanita muslim, bisa dipastikan mereka tidak menjalankan Islam secara baik. Untuk memukul saja Rasulullah melarangnya, apalagi sampai menganiaya. Maka dari itu dalam Islam tidak ada istilah feminisme karena semua hak wanita terjamin dengan baik.

Sedangkan untuk korban pelecehan dan KDRT seperti yang dialami Marlina, menurut saya solusinya adalah perlawanan dari diri si korban terlebih dahulu. Orang lain mungkin bisa saja membantu, tapi jika tidak ada "will" dari korban akan sulit untuk menyelesaikan masalah. Perlawanan adalah salah satunya. Seperti yang diperlihatkan Marlina, ketika dia menjadi korban superior dari para lelaki perampok itu, dia melakukan perlawanan dengan membuatkan sup beracun dan memenggal kepala Markus. Novi pun melakukan perlawanan yang sama, saat sang suami memukulnya, dia melakukan perlawanan. Korban diluar sana mungkin tidak setangguh Marlina dan Novi, disitulah fungsinya LSM yang memberikan dukungan untuk para korban bukan malah mengompori korban dan mengambil alih segalanya dengan merasa yang paling tahu.

Film ini memang seharusnya masuk kelas festival ke festival bukan komersial. Dan bagi saya, hanya cocok ditonton orang dewasa serta movie maniak yang suka menonton film-film absurd semacam ini. Jika anda bukan pencinta film, sudah bisa dipastikan film MSPD4B ini boring as hell.***(yas)


Nilai :
Akting 8/10
Skenario 8.5/10
Cinematografi 9/10
Overall 8.3/10




Jakarta, 28 November 2017
@myroom 21.11 pm
Selesai dalam dua hari. lamonyooo...








Sunday, November 19, 2017

Reputation : RIP The Old Taylor (Review)



Awal kemunculan album Reputation dimulai dengan teka-teki ular ini


“I’m sorry, the old Taylor can’t come to the phone right now,”
 “Why?”
 “Oh, cause she’s dead!”
 -Look What You Made Me Do-



Apa yang menjadi trending topic di twitter beberapa hari belakangan ini? Tentu saja, REPUTATION. Nama album ke enam Taylor Swift yang baru saja dirilis tanggal 10 November kemarin. Album tersebut langsung memecahkan banyak rekor di dunia permusikan, termasuk pemesanan 1 juta copy di Itunes yang menyebabkan Apple Store sempat lag untuk beberapa saat saking banyaknya pembeli yang ingin memiliki lagu-lagu terbaru Taylor Swift di Itunes. Hal lainnya, album ini menjadi album yang paling banyak di pre-order. Banyak rekor yang berhasil dipecahkan oleh album ini, termasuk video clip ‘Look What You Made Me Do’ yang paling banyak ditonton dalam waktu yang singkat.

Saya ingat sekali, beberapa waktu sebelum Taylor mengumumkan akan mengeluarkan album ini, saya sempat memosting sebuah foto di akun instagram saya dan menulis hashtag #TaylorSwiftPleaseComeBack karena pada saat itu Taylor Swift sudah cukup lama vakum setelah konser 1989 nya berakhir. Waktu itu Taylor juga broke up dengan Calvin Harris dan Tom Hiddleston. Calvin Harris menyerang Tay lewat akun twitternya namun tak ada respon dari Tay (ya, ampyun, aye ikutin gossipnya juga.Lol) Ditambah lagi Kanye West mulai gara2 lagi dengan memasukkan patung taylor dalam album gak terkenalnya “Famous”. Kim Kardashian ikut-ikutan dengan mengupload rekaman telepon Kanye dengan Tay dengan menambahkan icon ular yang kemudian indentik dengan Taylor. OMG! Kim apa yang kamu lakukan itu JAHAT! Pokoknya saat itu Tay diserang oleh para haters nya deh! Tidak lama kemudian akun sosial media Tay semuanya kosong alias Tay menghapus semua foto2nya. What happens with her?

Tak lama kemudian fans Tay dikejutkan dengan postingan Tay yang memperlihatkan video ‘makhluk yang bergerak’. Semua fans menebak-nebak kira-kira itu apa ya? Godzilla or something? Tay memosting video mahluk itu secara berkala yang memberikan ‘clue’ kepada para fans nya. Sampai akhirnya fans nya mengetahui bahwa mahluk itu adalah “SNAKE”. Kemudian muncul lyric video single pertamanya di album reputation : Look What You Made Me Do.

Satu persatu semuanya pun terungkap bahwa Tay akan mengeluarkan album baru yang berjudul Reputation. Banyak musisi yang merasa bahwa apa yang dilakukan Taylor pada album ini benar-benar luar biasa, her best masterpiece. Tay mengubah semua celaan dan cemohan menjadi suatu hal yang kreatif. Termasuk memasukkan unsur Snake yang indentik dengan dirinya. Di album ini juga Tay akhirnya not a sweet girl anymore, beberapa kali dia mengucapkan harsh words! Seperti yang dia bilang : Old Taylor has already died. Fans pun penasaran luar biasa dengan album ini. Joseph Kahn, sutradara beberapa video clip Tay, menyebut album ini sebagai “Monster”.


This is a monster!

Wah, pastinya keren banget ya kalau sampai Jo Khan aja bisa berpendapat kayak begitu. Saya beruntung bisa mendengarkan lagu-lagu Taylor bersamaan dengan album itu keluar. Sayangnya di Indonesia album ini belum keluar dan gak tau siapa yang akan menjadi distributornya, mengingat banyak toko-toko kaset/CD yang sudah tutup kan? Bingung deh, nanti beli itu album di mana. Dulu waktu 1989 rilis, saya nitip pada teman yang kebetulan pada saat itu sedang trip ke Amerika. Jadi merasa beruntung banget! Nah, kalo sekarang gimana ya?

Oke, sekarang kita bahas lagunya satu persatu ya!



List lagu Mbak Taylor


1. … Ready For It?

Lagu ini pertama kali saya dengar di Insta story nya akun Taylor Swift di Instagram. Pas denger lagu itu kayak ketemu pacar lama tapi gak tau pacar yang mana…hahaha… Sampai mengira ini lagu lamanya Tay yang belum saya dengar eh ternyata ini single kedua yang dirilis Tay setelah LWYMMD. Saya suka banget sama lagu ini karena musiknya pas banget dan gak biasa. Tay disini juga nge-rap dan membuktikan kualitas vokal dia. Wah dengernya aja saya bisa berkali-kali loh! Isi lagu kayak menggambarkan orang yang sedang jatuh cinta gitu. Mirip-mirip saya gitulah! Hahahah…


2. End Game Featuring Future and Ed Sheran

Omg! Lagu ini benar-benar DOPE! Sumpah lagu ini sebenarnya lagu sendu, berdasarkan liriknya, tapi Tay membuatnya jadi keren dengan hentakan beat dan paduan suara Future and Ed Sheran. Tay dan Ed disini menyanyikan liriknya dengan repetation yang, Ya ampyuunn….keren bingits!! Ini salah satu lagu yang saya suka di album ini.

" I swear I don't love the drama, it loves me "

3. I Did Something Bad

Lagi-lagi Taylor mengezutkan kita semua dengan kata “sh**” di lirik lagu ini. OMG! Old Taylor benar-benar sudah tiada (RIP Old Taylor). Beberapa liriknya juga membuat dia repetation lagi dengan kejutan-kejutan yang bener-bener bikin bertanya-tanya, “Ini seriusan Taylor Swift?”

If a man talks shit, then I owe him nothingI don't regret it one bit, 'cause he had it coming

4. Don’t Blame Me

Kali ini Taylor bikin musik yang mirip-mirip gospel gitu tapi isi liriknya tentang pengakuan dia ‘tergila-gila’ sama ‘someone’. Hahahah… Ditambah lagi musik distorsi nya di bridge, bikin makin kagum deh sama Mbak Tay ini. Gile… Mbak Tay kok kepikiran ya bikin musik kek begini?

Don't blame me, love made me crazyIf it doesn't, you ain't doing it rightLord, save me, my drug is my babyI'll be using for the rest of my life

5. Delicate

Ini salah satu lagu favorit saya. Mbak Taylor membuat musik di lagu ini kayak techno gitu, mirip musiknya Tatu, tapi saya lupa yang mana. Yang pasti di lagu ini banyak dentuman-dentuman yang bikin kita pengen goyang aja…hahaha… Terus liriknya juga lagi-lagi repetition, “isn’t it? Isn’t it? Isn’t it?” Hadeh…semakin lanjut track nya jadi semakin cinta deh…

'Cause I like youThis ain't for the bestMy reputation's never been worse, soYou must like me for me...

6. Look What You Made Me Do

Nah, kalau yang ini kayaknya sudah pada hafal kali ya… Secara single lagu ini aja pas pertama kali muncul udah langsung mecahin rekor. Belum lagi pas video clipnya muncul, dalam waktu beberapa hari aja udah ditonton sekian juta orang! Ya ampyun!! Lagu ini juga lagi-lagi masuk nomer 1 di BillBoard dalam waktu gak lama setelah rilisnya. Pokoknya comebacknya Mbak Taylor ini dimulai dengan lagu ini. Di lagu ini Taylor juga memberitahukan identitas barunya dia dan dia punya #reputation baru. Orang-orang sampai kaget pas tau di lagu ini Taylor lagi-lagi mengucapkan kata “B” word yang gak pernah ada di lagu-lagu dia sebelumnya! Lirik terkenalnya udah pasti “I’m Sorry The Old Taylor can’t come to the Phone right now!” Ditambah lagi video clip nya yang lagi-lagi bikin kita berdecak kagum. Kereeenn!!




7. So It Goes…

Untuk lagu ini Taylor kuat banget di liriknya. Musiknya juga lagi-lagi bikin kita kaget! Ini antara dark nya Taylor digabung sama sikap apatisnya, jadilah lirik yang super keren ini.

Come here, dressed in black nowSo, so, so it goes

8. Gorgeous

Ini adalah single ketiga yang Tay keluarkan video liriknya. Kalau menurut saya ini mirip-mirip Blank Space nya 1989. Dentuman dan suara drum nya di beberapa titik mirip banget sama Blank Space. Yang lucunya, di permulaan lagu ini ada suara anak kecil yang ternyata adalah suaranya James Reynold, anaknya Ryan Reynold dan Blake Lively. Pas lagu ini keluar, para gossiper langsung kaget dengan liriknya yang agak ‘nakal’. Jadilah mereka nebak-nebak sendiri, kira-kira siapa ya si Gorgeous itu? Hahahah…




9. Getaway Car

Masih belum selesai ya, kejutan yang diberikan sama Mbak Taylor. Lagu Getaway Car ini semakin kita kaget ajaaa… Mbak Tay di lagu ini memainkan unsur musik yang rame tapi easy listening. Ditambah lagi liriknya yang bikin orang lagi-lagi bertanya-tanya, ini kisah tentang siapa ya? Hahaha… Udah deh, mending nikmatin aja musiknya ketimbang mikirin gossipnya. Kalau menurut saya ini “Out Of The Wood” nya Reputation.


He was the best of times, the worst of crimes
I struck a match and blew your mind
But I didn't mean it
And you didn't see it

10. King Of My Heart

Kalau lagu ini si Mbak Tay lagi tergila-gila sama ‘someone’ nya. Kayaknya sih ini kisah si Mbak Tay dengan Om JA. Musiknya lagi-lagi bikin kita ‘nganga’. Mbak Tay memadukan dentuman drum, bas yang keren yang techno yang musiknya jadi rame tapi asyik. Kayak makan gado-gado gitu deh. Banyak yang dimasukin tapi rasanya jadi enak. Kamu bener-bener cerdas Mbak Tay!


'Cause all the boys and their expensive cars
With their Range Rovers and their Jaguars
Never took me quite where you do


11. Dancing With Our Hands Tied

Mbak Tay kali ini memadukan beat yang cepat dan dentingan one tuts piano di lirik-lirik awalnya, eh pas udah reff nya…. OMG! Semuanya berubah menjadi slow dan musiknya ikutan berubah dengan drum, piano, dan beat yang santai tapi asyik banget. Sumpah, ini jenius banget! Kalau menurut saya ini bener-bener orisinal buat album Reputationnya dia.

I, I loved you in secret
First sight, yeah, we love without reason
Oh, 25 years old
Oh, how were you to know and


12. Dress

Musik dibuka dengan pelan dan kayak-kayak gospelnya Amy Winehouse gitu. Eh, pas udah sampai ke Reff lagi-lagi Mbak Tay muter balik musik ini jadi kayak lantai disko. Ditambah dengan jentikan jari yang bikin lagu ini simpel tapi asyik.

All of this silence and patience, pining and anticipation


13. This is Why We Cant Have Nice Things

Waaahh…. Ini lagu kesukaan saya di album Reputation. Bagi saya ini ‘Bad Blood’ nya Reputation. Lagu dibuka dengan suara sirene dan repetation dari drum. Lalu bagian awal lagu ini menurut saya mirip musiknya Mbak Lorde. Pas bridge agak mirip ada suara piano yang mirip dengan di lagu ‘LWYMMD’. Nah, pas di reff berubah jadi ceria banget! Reff nya positif dan senang gitu. Setelah itu pas bridge lagi, ini yang bikin saya suka banget! Tay nyanyi dengan dentuman beat dan piano diikuti dengan backing vocal. Dan yang bikin kagetnya….. dia Ketawa ngakak! Ketawanya dia bener-bener asli gak dibuat-buat or jaim gitu. Bener-bener keren banget! Liriknya sendiri berisi tentang pengkhianatan, dan ‘musuh-musuh’ nya yang kayaknya gak suka Mbak Taylor ini tenang. Kalo menurut banyak orang, lirik ini adalah isi hatinya Taylor tentang Kanye West yang gak banget itu…Hahahah…

'Cause forgiveness is a nice thing to doHaha, I can't even say it with a straight face

14. Call It What You Want

Ini adalah single keempat Taylor di album Reputation yang dikeluarkan lirik videonya. Musiknya sendu tapi tetap nge-beat dengan lirik yang kuat. Bagi saya ini lagu yang slow listening dari semua lagu di album ini. Dan… ini juga lagu kesukaan saya di album ini. Paling enak dengerin lagu sambil duduk di tepi jendela bis, kereta, pesawat, sambil ngebayangin ‘seseorang’ di masa lalu. Hahahah… melow banget!







15. New Year’s Day

Inilah lagu penutup yang bener-bener slow. Tanpa beat, drum atau apapun kecuali piano yang dimainkan sama Mbak Tay. Kemudian diikuti sama petikan gitar di reff kedua. Pokoknya sendu-sendu gimana gitu deh… Lagu ini seolah jadi lagu perpisahan di Reputation ini. Aih… Mbak Tay, pinter banget deh, menutup album ini dengan sendu dan manis begini.




Nah, itulah review saya dari album Reputation Mbak Taylor Swift ini. Selain ini adalah album pembuktian Mbak Tay kalau dia adalah orang yang sudah move on, sekaligus membuktikan kalau dia out of her shell. Jadi dia gak akan peduli lagi orang mau bilang apa tentang dirinya. Intinya, The Old Taylor is Dead! Hahaha…

Untuk Indonesia sendiri, kemungkinan album ini akan ada di toko-toko CD or toko buku beberapa bulan setelah Reputation keluar di Amerika. Tapi jangan khawatir, lagu-lagu Mbak Tay udah bisa dibeli di Itunes. Yang pasti, selain CD, Taylor juga menyertakan Majalah Reputation nya satu paket dengan album itu. Beberapa musisi dunia dan kritikus musik yang mereview album ini memberikan respon yang amat sangat positif. Konon katanya, semua lagu di album ini akan dibuatkan lirik videonya atau malah video klip nya. Kalau saya pengen banget ngeliat video klip dari lagu : End Game, This is Why We Cant Have Nice Things, sama Delicate. Kira-kira bakal seperti apa ya? Heheheh…


Bonus Majalah 

Terakhir, saya memberikan album ini nilai 9.5 out of 10. Karena dedikasi Mbak Taylor yang bener-bener keren abis ini. Berkarya terus ya Mbak Taylor! Don’t let haters make you down! I’ll be waiting for your another project! Kalau nulis mau ketemu dia, mimpi kali yeee….hahahaha…***(yas)





Jakarta, 19th of November 2017
@my room, 00.11 am
Di PHP in sama adik sendiri… hiks


Saturday, November 18, 2017

Jatuh Cinta Pada Puisi (Duka Sedalam Cinta Seorang Wanita yang Menari dengan Puisi)

My Best friend is myself, I don't need nobody else to be there for me, care for meand for my best time is to be all alone and sit thinking I'm in love with me
-Meja-

Dua buku yang membuat saya menari dan bersedih

Buku puisi? Kalau pertanyaan ini ditujukan waktu zaman putih abu-abu mungkin saya akan menggelengkan kepala dan bilang, "Thanks!". Bagi saya baca buku puisi yang penuh filosofi tersembunyi dan pesan-pesan intristik itu bikin mumet. Baca buku itu kan buat penyegaran ya, bukan malah bikin pusing. Jadilah zaman-zaman itu saya anti banget baca buku puisi. Baca puisi oke, tapi kalo baca buku puisi, gak deh.

Baru kemudian saat saya masuk jurusan Sastra Indonesia di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, saya mulai menyukai puisi. Puisi yang saya sukai juga puisi yang simpel dan gak ribet. Waktu itu saya jatuh cinta dengan puisi-puisinya Sapardi Djoko Damono. Puisi beliau simpel, sarat makna, ngena di hati dan daleeemmm.... Pemakaian diksi dan majas nya pun tidak berbelit-belit dan njelimet. Ditambah lagi puisi SDD kebanyakan romantis jadinya semakin asyik deh. Saya pun melahap buku kumpulan puisi beliau yang menjadi salah satu buku puisi favorit saya, "HUJAN BULAN JUNI".

Saya pun memulai memburu puisi-puisi yang saya kategorikan "gak njelimet" ini. Saya mendapatkan buku kumpulan puisi lainnya, namun saya lupa judul dan pengarangnya. Kalau tidak salah judul bukunya SYUHADA tapi saya lupa nama pengarangnya (Poor me). Saat saya pulang ke Jakarta, maka Perpustakaan Daerah Jakarta yang terletak di Kuningan menjadi tempat favorit saya untuk membaca buku kumpulan puisi. Selain membaca buku2 itu, saya juga menyalin beberapa yang menjadi favorit di dalam buku diary dan kadang pada saat teman, sahabat, berulang tahun tak lupa saya menyelipkan kutipan-kutipan puisi itu. Untuk penyair luar yang saya suka adalah Edgar Allan Poe. Kutipan-kutipan puisi beliau selalu setia menempel di binder favorit saya.

Saya pun belajar membuat puisi. Ya, masih abal-abal sih. Kadang membuat puisi ini bisa sangat produktif saat sedang.................. patah hati! 😆😆  Bisa produktif banget! Atau ketika pas jatuh cinta. Hadeeehh....mikirin si dia itu bisa jadi berlembar-lembar puisi deh...hahaha...

Saya sempat juga membukukan kumpulan puisi alay saya tersebut secara pribadi. Judul puisi utamanya pas lagi hopeless banget sama seseorang...hahaha... dan saya kasih ke gebetan saya...😅😅 maksud hati biar dia peka tapi nyatanya dia malah gak peka-peka...hahaha... nasib banget ya!

Sayangnya kumpulan puisi tersebut bersatu dengan PC saya yang hardisknya rusak. Saya sepertinya juga menyimpannya di dalam sebuah disket (OMG, jadulnya!) namun you know kan, zaman sekarang mana bisa disket itu diselamatkan. Hardisk saya yang rusak pun juga tak bisa diselamatkan bersama dengan sebuah naskah novel kurang lebih 250 halaman 😭😭  Beberapa memang ada yang masih tertera di dalam buku-buku catatan saya. Namun ya itu tadi, masih puisi ala-ala yang alaynya minta ampun. Sempat saya publikasikan via blog dan catatan facebook saya, tapi ya sepi komen dan respon..hahaha...

Sejak itulah hidup saya penuh dengan puisi-puisi yang sederhana namun menyentil dan menyentuh. Jangan lupa faktor melow dan memotivasi juga penting jika saya membaca sebuah puisi. Puisi yang berisikan kemolekan tubuh ataupun cinta-cinta yang tanpa didasari kecintaan pada-Nya, bagi saya adalah gak banget! Karena membaca puisi itu berarti meresapi makna, menggelayuti perasaan, menciptakan momen, dan menari dalam imajinasi diri kita sendiri. Bebas, lepas dan tanpa terikat dengan norma-norma. Menciptakan sesuatu imajinasi yang liar di dalam benak kita lalu membiarkannya menghalusinasikan kita. Halah, bahasa Vicky Prasetio banget ya...hehehe...

Kemudian bertemulah saya dengan Bunda Helvy Tiana Rosa saat saya pertama kali membaca Puisinya yang berjudul "Fisabilillah" dalam sebuah buku berjudul PELANGI NURANI. Jleb! Ini puisi simpel tapi kena banget! Lalu semakin intens saat Bunda membacakan puisi untuk Rahmat Abdullah, bikin saya makin takjub sama Bunda. Puisi-puisi beliau pun pada awalnya hanyalah berbentuk "single" karena di mana ada momen pasti sering muncul puisi bunda. Contohnya saat Palestina sedang membara, maka munculah Puisi Mahanazi. Reaksi saya saat membaca puisi itu, langsung bleber air mata. Seolah saya terasa banget sakitnya seperti orang-orang Palestina di sana.

Bunda kemudian menerbitkan kumpulan buku puisi pertamanya (bener gak ya?) yang berjudul : MATA KETIGA CINTA. Buku ber-cover ungu itu berisi puisi-puisi beliau yang dikumpulkan dalam satu buku. Berkali-kali saya membacanya, maka berkali-kali pula saya menemukan "cara" untuk membacanya dengan berbagai gaya.

Buku kumpulan puisi bunda berikutnya yang terbit adalah DUKA SEDALAM CINTA, yang merupakan kumpulan tulisan bunda dari zaman masih muda hingga sekarang. Bisa dipastikan bagi saya sendiri, ini adalah THE MOST AWAITING BOOK OF THE YEAR. Saat buku itu masih berupa pre-order, saya sudah gak sabar ingin membacanya. Pun setelah buku itu ready, saya ingin segera memilikinya. Layaknya seorang kekasih tak sabar menunggu orang yang dicintainya (eeaaa....eaaa...). Buku itu saya pesan sebanyak 3 eksemplar, karena saya ingin memberikan 2 sisanya untuk orang "spesial" (uhuuuyyy).

Jadilah dalam perjalanan pulang seusai mengambil buku DSC di rumah Bunda, saya komat kamit sendiri di dalam kereta. Kurang afdol rasanya jika membaca buku puisi tapi tidak ikut menyenandungkannya. Bolak-balik, bolak-balik, buku itu menjadi teman keseharian saya sampai kemanapun saya pergi buku itu selalu berada di dalam tas saya! Beberapa puisi yang "gw banget" langsung saya tandai. Kemudian saya membacanya dengan berbagai gaya dan intonasi. Membiarkan diri saya "menari" bersama susunan kata-kata yang menjelma seorang sahabat. Kata-kata itu berlarian dengan liar bersama dengan imajinasi saya. Visualisasi saya pun ikut bermain. Setiap puisi yang saya baca akan saya kaitkan dengan suatu peristiwa atau "seseorang" (perlu banget ya, seseorangnya itu saya kasih tanda kutip...hehehe). Beberapa puisi pun akhirnya saya coba rekam.

Judul buku yang saya suka dari buku ini adalah : Jauh, Merayakan Kangen, Selamat Pagi Kamu, Tak Ada Tahun Baru di Suriah, Kamu Puisi, Lelaki Paling Biasa dan Lelaki Puisi. Setiap isi puisi ini seolah mempresentasikan kegalauan dan kegundahan saya serta menyatakan isi hati saya yang paling dalam (duile...).

Puisi "Jauh" seolah mempresentasikan jiwa saya yang gampang gusar ketika berjauhan dengan "seseorang". Jauh juga menggambarkan hati saya yang mudah rindu pada siapapun. Namun pada akhirnya semua kerinduan yang "Jauh" itu hanya terlabuhkan pada doa-doa yang terlafadzkan setiap rakaat.

Puisi kedua "Merayakan Kangen" juga gue bangets! Saya seperti tergila-gila dengan puisi ini. Pada suatu pagi yang jernih di daerah Sentul, saya mengumpet sendirian di tengah kebun rerumputan hanya untuk membaca puisi ini saja. Kangen saya seperti tak terbilang.

Lalu "Selamat Pagi, Kamu" yang bikin memori saya melayang kembali...hahaha... Saat membaca puisi ini, memori saya melayang pada peristiwa tujuh tahunan lalu, saat saya sering bertemu dengan "seseorang" di dalam bis setiap pagi hari.

Kemudian ada "Tak Ada Tahun Baru di Suriah" yang paling susah untuk saya baca. Saya selalu terhenti pada suatu kata dan menahan nafas dalam. Sungguh, saya lebih suka men-skip puisi-puisi tentang dunia Islam yang teraniaya. Membacanya dalam hati saja saya sudah tak kuat, apalagi jika harus dibaca nyaring.

Kelima, puisi "Kamu Puisi" yang seolah ikut berderap-derap di dada saya dengan kalimat repertoirnya. Awalannya garang, tapi di akhirnya meloowww bangetss.

Keenam, puisi "Lelaki Paling Biasa Di Bumi" yang mengingatkan saya akan seorang abang yang....aaahhhh.....mengingatnya aja bikin nangis (semoga Allah menempatkanmu di surga ya, Bang!).

Terakhir, "Lelaki Puisi" yang saya gambarkan sebagai representasi ucapan terima kasih saya terhadap para "lelaki" ini yang telah membantu suka dukanya kehidupan saya.

Pokoknya membaca buku DSC ini bener2 membuat saya menari dengan imajinasi saya deh. Hingga bisa saya katakan bahwa buku ini adalah one of my best friend. Layaknya seorang sahabat yang merupakan diri sendiri, bersama buku ini seperti lupa ada orang lain di sekitar...hehehe...(lebay.com)

Tak lama setelah buku DSC terbit, hadirlah buku "A Lady Dance With Poetry" karya Bunda Helvy juga. OMG! Ini beneran bacanya kayak mau ikutan nari-nari. Serius!

Saat membaca beberapa puisi di dalam buku ini saya langsung menari sendiri. Sebait lagu yang menemani saya membaca puisi ini, membuat saya menari dengan irama saya sendiri. It feels : dance like no one elses. Dunia seolah milik saya dan buku itu aja.

Puisi-puisi yang ada di dalam buku ini sebenarnya juga ada di dalam buku Duka Sedalam Cinta, namun buku ini dwibahasa, alias setiap puisi ada terjemahan Bahasa Inggrisnya. Ada juga beberapa puisi yang tidak ada di dalam buku DSC, salah satunya adalah 'Wanita yang menari dengan Puisi' atau 'A Lady Dance With Poetry'. Judul yang terakhir ini sekaligus yang menjadi favorit saya. Apalagi saat ada aransemen musiknya, waaahhh, makin tambah suka saya!

Pada akhirnya saya benar-benar jatuh cinta pada puisi. Ya, puisi yang bisa membuat saya menari mengikuti bait-bait kata yang tersusun rapi dalam makna yang kadang kita sulit pahami. Kata-kata yang saya ucapkan seolah menjelma menjadi kawan terbaik yang kemudian mengajak saya menari dan membuana ke sebuah tempat jauh di kehidupan nyata saya. Dia membawa saya memasuki dimensi terjauh dalam hidup saya dan membuat saya lupa akan dunia dalam sekejap. Sungguh, kata-kata itu bagaikan mantra ajaib yang menyihir saya untuk berdansa.

Puisi adalah pengejawantahan dari suara hati yang sunyi. Mengeluarkannya pada kata-kata penuh imajinasi yang membuat kita menari tanpa perlu mengerutkan dahi. Lalu setelah kata-kata itu tertuang dalam sebuah kertas ataupun layar komputer, maka seolah diri ini merasa plong dengan keadaan yang terjadi. Aihhh....benaran, jadi pengen jago bikin puisi.

Akhirnya, saya terpaksa harus terus membawa buku DSC dan ALDWP kemana pun saya melangkahkan kaki. Semakin saya membaca buku ini, semakin saya senang menari dalam balutan kata-kata ajaib. Dipadu dengan musik soundtrack kehidupan saya, maka semakin mantaplah tarian yang saya lakukan. Membaca buku ini, membuat saya jatuh cinta kembali pada puisi. Menatapinya dalam-dalam kata-kata yang berbaris itu, lalu bergumam sendiri dalam diam mengulangi kata-kata itu. Kalau sudah begini, kedua buku itu bagaikan diri saya sendiri, bagikana sahabat terbaik saya sendiri. Rasanya tak perlu lagi ada orang lain, kan dunia sudah milik sendiri... hehehe...

Aku jatuh cinta
Aku jatuh cinta pada puisi
yang ditulis sepenuh hati
lewat tangan seorang malaikat
yang membuat kata-kata itu menjelma mantra ajaib
hingga aku menari sendiri
dan menemukan teman terbaik dalam puisi

Tuh, kan. Seperti yang saya bilang di awal tadi, kalau sedang jatuh cinta pasti deh saya produktif bikin puisi...hehehe... Selamat menikmati puisi dan selamat membaca buku 'ajaib' itu. Lalu biarkan dirimu menari dengan kata-kata ajaib itu. Ahhh... Saya jatuh cinta pada PUISI!***(yas)




Jakarta, 18th of November 2017
@my room, 22.24 pm
Jadi pengen nulis puisi lagi.
Apa kabar Pak Rahmat Djoko Pradopo ya?
     





Sunday, November 12, 2017

Push My Limit (Menaklukkan Tantangan) Part 1

 
write on the sand



“You can conquer almost any fear if you will only make up your mind to do so. For remember this, fear doesn’t exist anywhere except in the mind.”
*Dale Carnegie*


Ngelakuin apa yang saya takutkan? Hiii… ogaaahhh!!!

Paling gak kalau hal yang menakutkan itu ditawarkan pada saya, mesti mikir ribuan kali untuk memutuskan ikut apa gak. Kalaupun must decide in a short time, mikir lagi untungnya apa dan ruginya apa, bahaya apa gak, dan kira-kira ini berguna apa gak. Hahaha… jadi banyak mikirnya deh… ujung-ujungnya udah bisa dibaca kalo akhirnya saya mengalah dengan keadaan.

Semua pertimbangan itu pada dasarnya adalah mengetahui di mana limit saya berada dan saya cenderung malas mendobrak limit yang sudah saya tetapkan. Misal, limit saya adalah kalau mau berenang hanya cukup di kolam seukuran 1.5 meter dan jika ada yang mengajak saya untuk ke kolam ukuran 2 meter maka menurut saya itu udah melewati limit saya. Untuk hal seperti ini maka saya perlu melihat apakah push my limit itu safe apa gak. Jika ada orang yang akan bertanggung jawab untuk menjaga saya di kolam itu, atau saya bisa menggunakan pelampung di dalam kolam itu. Jika saya menilai cukup safe maka saya akan berusaha mencoba, walaupun tetep aja mikir 17x.

Namun ada beberapa cerita yang membuat saya memutuskan untuk melewati limit saya tersebut. Seperti yang saya sebutkan tadi, pastinya setelah dibujuk-bujuk dengan berbagai macam cara dan jaminan “everything will be OK!”. Akhirnya mau deh…

Moment pertama yang membuat saya push my limit saya adalah saat saya diajak untuk naik Banana Boat di pantai Carita. Entah bagaimana ceritanya, pada saat liburan bareng temen-temen itu, salah seorang teman saya kepengen banget naik Banana Boat (Damn!). Setelah dia mengajak beberapa orang, maka seat banana boat tertinggal 1 dan dia langsung mengincar saya. Udah pasti langsung saya tolak mati-matian. Secara berenang aja saya gak bisa, ini udah mau nyemplung di laut. Gak kebayang deh gimana saya nantinya…hahaha…

Tapi teman saya itu (sebut saja si Mawar, hehehe) terus memaksa dan memberikan jaminan serta bujukan-bujukan manis pada saya. “Gapapa kok, Yas, kan pakai pelampung, gak bakalan tenggelam. Nanti pokoknya ente, ane selamatin duluan deh pas Banana Boat nya terbalik,”


Perahu tanpa banan nya yang puas banget ngerjain saya dkk

Abis naik banana boat malah ketagihan main di laut. Lol

Entah bagaimana, akhirnya saya terbujuk juga kata-kata manis itu. Didesak rasa penasaran saya juga sih sebenarnya. Tapi dengan adanya jaminan-jaminan itu, saya akhirnya memutuskan, “let’s try!”

Saya langsung memilih pelampung yang paling bagus, minta posisi duduk yang strategis, dan berkali-kali bilang pada si abang, “Bang, nanti kalau mau dibalikkan jangan lupa bilang-bilang ya!” hahahah… Pokoknya memastikan semua harus safe. Tapi tetap aja, saat sudah duduk di atas plastik berbentuk pisang itu berkali-kali saya minta TURUN! Hahaha… Namun setelah final conviction dari teman saya, udah deh saya Bismillah aja…

Dan eng ing eng…. Ban pisang itu pun melaju di atas air laut carita. Adrenalin bergemuruh kencang disertai rasa antara takut dan senang. Kemudian saat yang bikin deg deg an banget adalah saat pengemudi kapal boat yang menarik ban pisang itu menghentikan mesinnya dan berbelok tajam yang menyebabkan ban pisang terbalik! Byuuurrr!! Kami semua yang berada di atas ban pisang itu terjatuh ke laut. Pastinya saya panik banget! Tubuh saya seketika tenggelam di laut untuk kemudian menyembul kembali karena ban pelampung yang menempel di tubuh saya. Teman yang tadi berjanji pada saya itu langsung heboh, “Yas, mana, Yas??” Pada saat saya menyembul ke permukaan laut dia langsung mendorong saya naik kembali ke ban pisang tersebut. Perasaannya benar-benar antara senang dan takut gitu.

Tarikan kedua dan ketiga saya mulai menikmati berada di atas ban pisang tersebut. Namun saat ban pisang itu mau berbelok tajam, saya cuma pasrah saja sekarang. Mau lari pun udah gak bisa, jadi pasrah adalah sikap tertinggi saya…hahaha…

Teman-teman yang lain mulai berteriak-teriak menikmati permainan banana boat ini. Saya juga ikut-ikutan berteriak, tetapi tetap aja saat ban pisang itu membelok, saya hanya bisa pasrah “Oh God, Oh Lord!” Tanpa dinyata, ternyata ada salah seorang teman saya yang terlihat berani tetapi di atas ban pisang itu terlihat pucat dan ketakutan. Sepanjang permainan itu dia hanya diam saja dengan urat wajah tegang. Hahaha… udah pasti hal ini jadi pembahasan usai bermain.


Naik banana boat lagi di Bali, tapi request gak diceburin..hahaha

Another Push my limit experience adalah saat kebagian tugas untuk mengikuti acara latsar di kaki gunung Salak. Sebenernya males banget kalo ikut acara latsar yang “cowok” banget! Hahaha… Gak ada kerjaan aja bagi saya di kaki gunung, bukannya menikmati alam malah ngadain kegiatan-kegiatan gak jelas (saya kali ya yang gak jelas). Ditambah lagi ada rumor kalau nanti akan melakukan perjalanan kaki sejauh mata memandang (yang ternyata bukan sekedar rumor). Namun karena instruksi ini sifatnya “WAJIB” dari “struktur” maka dengan berat hati saya pun ikut.

Beberapa hari sebelum berangkat sudah pasti saya memikirkan apa yang akan terjadi disana. Kegiatan fisik sudah pasti bakalan menguras tenaga, ditambah lagi dengan berjalan kaki sejauh itu, sanggup gak ya? Pokoknya banyak pertimbangan deh! Ditambah lagi semua persiapannya harus serba komplit dan sempurna. Bekal makanan yang pasti yang banyak juga, haahah…

Dan benar saja semuanya seperti yang sudah saya bayangkan. Pelatihan fisik sana-sini yang ya ampyun bikin badan saya remuk abis. Tapi ya, Alhamdulillahnya saya masih bisa menangani dengan baik, malah banyak teman-teman saya yang lain yang fisiknya kelihatan bagus tapi sudah ambruk duluan. Ya, paling gak, saya bukan yang malu-maluin lah di grup saya itu..hehehe…

Sampai suatu ketika, ada acara outbond yang mengharuskan peserta untuk terjun perosotan dari atas tebing yang sudah dibuat seperti seluncuran. OMG! Jarak antara atas tebing dengan dasarnya itu kira-kira 5 meter! Semua tim dan semua anggotanya harus ikut meluncur. Saat saya sudah siap-siap mau meluncur ke bawah, datang panitia yang memberitahukan bahwa wahana seluncuran ini ditiadakan lagi setelah salah seorang kakak kelas saya di SMA dulu jatuh dan terkilir kakinya. OMG! Benar-benar kayak mendapat kabar durian runtuh! Im in the cloud nine! Tapi ternyata wahana lainnya yang lebih syerem dan menakutkan sudah menunggu. Wahana itu adalah masuk ke dalam parit kecil yang penuh dengan air lumpur sepanjang 50 meter dengan atas parit itu ditutupi pagar kayu yang diberi dedaunan. Mirip banget kayak perang Vietnam…hahahah…

Sampai di depan parit itu saya agak ragu untuk turun ke dalamnya. Berbagai macam kekhawatiran berada di benak saya. Gimana kalau saya gak bisa nafas? Gimana kalau ternyata airnya bikin gatel-gatel? Gimana…gimana…gimana…. Namun di short time kayak begitu, saat semua anggota regu saya sudah pada masuk ke dalam parit itu dan anggota grup lain sudah menunggu di belakang, saya terpaksa ikutan masuk ke dalam parit. Di dalam parit saya benar-benar harus membenamkan kepala saya ke dalam air lumpur itu sambil menahan nafas beberapa saat menuju ujungnya. Awalnya memang masih ada celah-celah pagar kayu itu yang bisa membuat saya tak perlu membenamkan kepala, tetapi semakin ketengah, pagar kayu itu semakin rapat. Saya sempat panik di tengah parit itu, tetapi lagi-lagi saya push my limit saya untuk terus berjalan dan akhirnya sampai ke ujungnya juga! Setelahnya, selain ucapan syukur, saya tersenyum puas dan bangga pada….. diri saya sendiri dong….hahaha…

Pada final days, perjalanan yang ditunggu-tunggu itu pun sudah di depan mata. Kebayang banget deh lelahnya, jalan sejauh mana juga gak ngerti sambil membawa tas ransel yang berisi perlengkapan selama 4 hari 3 malam. Ya ampyun…. ngebayanginnya aja udah males nulis…hahaha…

Saya dan teman-teman berjalan dengan semangat di paruh pertama perjalanan kami. Paruh perjalanan kedua, beberapa orang mulai lost their patient. Bertanya seberapa jauh lagi perjalanan dan sepertinya tiada akhirnya. Beberapa di antara mereka sudah mulai ketahuan aslinya J Dan paruh terakhir, yang semangat memimpin di depan, yang banyak mengeluh berada di belakang. Saya sendiri berusaha menikmati perjalanan ini. Capek udah pasti tapi ya udah jalanin aja, mau gimana lagi, yekan? Sebenarnya saya juga udah kelelahan setengah mati, tapi lagi-lagi I push my limit. Kali ini saya membayangkan, si Riyanti Djangkaru aja bisa menaklukkan gunung dan melakukan perjalanan jauh, masa aye yang zaman itu adalah seorang ikhwah fillah, bisa sih kalah sama dia? Malu booo! (hahaha…)


Ngaso dulu di paruh pertama menjelang down hill lagi. Ini di kawah ratu yang bau sulfur bingits

Saat sampai di tujuan, saya senangnya bukan main, apalagi saya termasuk golongan orang yang sampai tujuan awal waktu. Beberapa teman yang ikhwah fillah banget dan jagoan orasi malah terseok-seok di belakang. Saat itu jahatnya saya keluar dengan menertawakan mereka terbahak-bahak. Lagi-lagi berhasil menaklukkan tantangan dengan push my limit! Sesudahnya langsung merasa PD tingkat dewa, sambil bilang ke diri sendiri “Gue bisa loh!”

Saya jadi teringat quote nya Om Walt : If you can dream it, you can do it. Atau sebuah hadits yang berbunyi : Aku mengikuti prasangka dari hamba-Ku. Maka semua hal yang kita lakukan dan keputusan yang kita ambil berjalan sesuai dengan apa yang kita pikirkan. Ya, we act based on what we think!

Manusia itu pada dasarnya memiliki potensi diri masing-masing yang mengikuti kemampuan mereka. Beberapa di antara mereka ada yang PD tingkat dewa, potensi gak ada dan kemampuan standar tapi beraninya luar biasa. Ada juga yang ‘humble’, kemampuan dan potensi ada dan mereka in the right path. Dan mereka yang punya kemampuan dan potensi diri tapi mereka merasa gak PD. Yang terakhir (katanya sih) saya banget!

Menaklukkan tantangan bukan sekedar bisa melakukan suatu kegiatan yang kita sendiri gak pernah membayangkan bisa melakukan hal itu, tetapi juga masalah hati dan pikiran. Sudah pasti pada saat ingin mendorong diri kita pada batas kemampuan diri kita, pikiran kita berperang gila-gilan. Berbagai argumentasi diri sendiri sudah pasti memaksa kita untuk think fast in short time. Belum lagi batin kita yang mesti ikutan diajak kerjasama juga. Ditambah jika hasilnya gak memuaskan, sudah pasti rasa penyesalan berkecamuk di dalam hati disertai angan-angan “jika begini mungkin begitu, jika begitu mungkin begini”. Ujung-ujung semakin susah saja untuk memembus batas nilai diri kita. Tetapi jika hasilnya menarik dan beyond our expectations, udah pasti kita jadi bertambah percaya diri dan memiliki nilai plus bagi diri kita. Next time, kita ingin menaklukkan tantangan lagi, keoptimisan sudah timbul berkat pengalaman sebelumnya. Paling gak, walaupun belum optimis-optimis amat, kekhawatiran diri kita sedikit berkurang.

Pada akhirnya, tantangan itu hadir untuk men-challenge diri kita dan melatih keberanian kita. Mereka yang begitu dapat tantangan langsung mundur feels like lost in the war before it started. Mereka yang dapat tantangan malah dikalahkan oleh tantangan itu, sudah pasti bakalan stress berat. Mereka yang bergembira mendapat tantangan, bisa dipastikan keoptimisan menyertai hari mereka. Jikalaupun mereka gagal, mereka sudah belajar dari pengalaman. Jadi, diri kita sendiri yang memutuskan seperti apa sikap kita jika menerima tantangan.

Hidup itu sendiri pada dasarnya adalah tantangan. Manusia diberikan cobaan dan tantangan dalam mengarungi kehidupan ini. Whether they will happy or whether they will full of sad, moaning, and grumbling. Berpikir matang itu bagus dan tidak salah, tapi kalau kematangan jadi gosong juga kali yee… Jika gagal menaklukkan tantangan, at least you have learnt from what you did.

Push your limit juga jangan lupa ya, perhitungan baik buruknya dan resiko yang bakal kita hadapi. Jangan asal puh the limit aja. Make a fast decision in the shortest time. Kalau kiranya kita gak mampu dan bukan kita banget, better let it go! Tapi kalau kita mampu tapi belum PD aja, take a risk and conquer the challenge! (kompor.com)

Intinya adalah state of your mind. Cobalah untuk tidak overthinking dan just do it. Sometime kita perlu membiarkan intuisi kita berjalan tanpa perlu memikirkan apa-apa. Karena kalau kebanyakan mikir sudah pasti akan kehilangan kesempatan. Berpikir boleh asal jangan kebanyakan. Mending banyak makan daripada banyak pikiran…hahaha…

Sebenarnya masih banyak cerita yang membuat saya menabrak limit diri saya sendiri, namun gak mungkin kali yee diceritain semua disini. Beberapanya mungkin akan saya ceritakan secara terpisah. Mari kita berdamai dengan diri kita sendiri dan tidak usah berpikir macam-macam. Ingat saja Allah, karena kalau mengingat Dia hati akan merasa tenang. Karena semuanya sudah ditetapkan dan diatur oleh-Nya. Tugas kita hanya menjalankan apa yang sudah menjadi takdir-Nya. Ingat, You only live once, don’t make it in vain and don’t be regret!! Enjoy your life, take a challenge and push your limit!!***(yass)



Jakarta, 11th of November 2017
@Transmart , 18.01 pm
Waiting “Duka Sedalam Cinta”
Bicara latsar, jadi inget Kak Panji. Di mana ya beliau sekarang?



Ps. 
My another pictures of conquer the challenges!



Nyelem dan berenang2 ria di Pulau Sempu yang jalannya aja bikin lapar 7 hari

Jangan pernah nawarin saya flying fox pada saya yang aerophobia.
Tapi akhirnya nyoba ini juga karena : PENASARAN

Di atas bukit di Pulau Sempu yang monyetnya bejibun dengan latar belakang samudra hindia.