Tuesday, October 24, 2017

When Fate Leads You to Happy / Sad Ending (Review Duka Sedalam Cinta)


Hadir ke Premier DSC. Lol. Secara Kokas di samping rumah saya pan.


Perjalanan anak manusia adalah sebuah guratan takdir yang telah ditentukan kemana dia akan berlabuh. Perjalanan itu bisa sangat panjang dan berliku atau singkat saja dan lurus. Pada akhirnya ujung semua perjalanan itu adalah takdir itu sendiri. Menemuinya di ujung, berarti menghentikan semua langkah yang telah tertoreh dalam guratan cinta dan duka.

***

Apa film yang paling saya tunggu-tunggu di tahun ini? Thor Ragnarok? Justice League? Pitch Perfect 3? Pengabdi Setan? Atau apa? Bagi yang sudah kenal dengan saya pasti tahu. Ya, film yang paling saya tunggu-tunggu tahun ini adalah DUKA SEDALAM CINTA!

Film apa tuh? Bagi kalian yang pernah dengar film Ketika Masa Gagah Pergi pasti akan langsung nyambung dengan film ini. Ya, film ini adalah kelanjutan dari film Ketika Mas Gagah Pergi. Kelanjutan petualangan Gagah dan Gita dalam konflik kakak beradiknya. Semuanya akan “diselesaikan” dalam Duka Sedalam Cinta ini. Nah, dari mulai Premiernya di deket rumah saya, sampai hari ini, total saya sudah menonton sebanyak 7 kali! Tapi saya jamin, dalam penulisan review ini saya akan jujur dan gak menulis dengan kecintaan membabi buta. Jadi dijamin gak buat akal-akalan aja.

Film dibuka dengan narasi dari Mas Gagah yang sedikit flashback pada saat beliau praktek kerja lapangan di Ternate. Di sini diceritakan kalau ternyata saat Mas Gagah jatuh dari tebing itu, sebelum jatuh ke laut dia ditolong oleh seseorang (no spoiler). Kemudian takdir itulah yang membawanya bertemu dengan Kiyai Ghufron dan adiknya. Narasi pun diambil alih oleh Yudhi alias Mas Fisabilillah ketika dia akan berorasi di sebuah bis metromini. Takdir pun kembali hadir menghampiri Yudhi yang ditusuk pisau saat ingin melerai remaja yang sedang tawuran (dari sini aja saya sudah berdecak kagum, mindah-mindahin narasi itu “gak biasa” banget loh!). Lalu narasi menuju Gita yang merasa jadi “korban” sang kakak. Namun lambat laun semuanya menuju pada titik temu pada jalan yang mereka lalui bersama-sama. Ujungnya, takdirlah yang menentukan akhir dari kisah semua tokoh yang ada (saya gak perlu ceritain lagi ya, enaknya langsung ditonton aja!).

***

Awalnya saya menonton film ini saat premier di Kota Kasablanka XXI karena “dipaksa”. Reaksi awal saya langsung berbunga-bunga. Di awal-awal aja saya udah nangis sesegukan saat theme song “Jalan Yang Kupilih” terdengar. Itu benar-benar bikin mata basah. Lalu momen Gita dan Gagah berbaikan juga bikin mengeluarkan air mata lagi, bagi saya itu adalah moment yang unforgetable dan golden scene. Di momen itu akting Hamas bener-bener keren. Dia mampu men-switch suasana sedih usai berdoa, menjadi berwajah ceria saat menghadapi adiknya. Beradegan kakak adik yang begitu akrab tanpa harus bersentuhan satu dengan yang lain. Sosok Hamas jadi benar-benar mampu menghidupkan karakter Mas Gagah. Ditambah lagi dengan akting Aquino Umar yang luar biasa, adegan  itu terasa benar-benar nyata.

My Favorite scene

 
My most memorable moment in DSC. Hamas mampu men switch wajah sedih menjadi Mas Gagah banget
pada saat bertemu Gita. Keren deh!

Pada saat adegan “Oh, kalau yang itu sudah meninggal dunia”, ini juga benar-benar menjadi "awkward moment". Antara sedih Mas Fisabilillah dikabarkan sudah meninggal dan lucu melihat reaksi Gita yang kaget. Momen yang membutuhkan tissu kembali adalah... ahh, kalau saya ceritakan kembali bisa menjadi spoiler ini. Intinya, dari awal sampai film ini berakhir, saya selalu memerlukan tissu di samping saya. Menonton film ini benar-benar dibuat takjub. Ditambah lagi dengan scene pemandangan alamnya yang luar biasanya indah, membuat saya memasukkan berenang-renang di Pulau Gagah dan menelusuri pantai-pantai di Halmahera Selatan ke dalam Bucket List.

 
Tissu dan buku DSC yang setia menemani saya keliling bioskop

Nah, sekarang saya akan bahas kelebihan dan kekurangan dari film ini. Sebagai reviewer saya berusaha seobjektif mungkin dalam menulis review tentang film i i, tanpa memandang status saya sebagai penggila film KMGP.

Mari kita mulai dari kekurangannya :


Pertama yang saya soroti dari film ini adalah cerita yang terlalu padat jadi mesti cepat-cepat menikmatinya. Istilahnya full up in short time. Sepertinya film ini sedikit memaksaan adegan-adegan yang menurut saya tidak terlalu penting, semisal saat bertemu dengan Pak Bupati. Jika film hanya berfokus pada Gita dan Gagah saja, serta tambahan dari Yudi dan Gita, film tidak akan terlalu padat.

Kedua, cerita yang bikin shock dengan alur yang di switch terlalu cepat. Pada saat sedang asyik melihat adegan Gagah dan Gita, kemudian muncul adegan lain. Karena ini sequel, bagi penonton film pertamanya seperti saya mungkin tidak akan berpengaruh banyak, tetapi bagi penonton pemula film ini, mereka akan kerepotan menerka-nerka siapa tokoh-tokoh itu.

Ketiga, sad moment yang anti klimaks. Mungkin ini masalah selera, tapi menurut saya penjiwaan kehilangan Mas Gagah nya belum terlalu mantab. Usai scene Mas Gagah pergi, beralih ke scene berikutnya, yang seolah melupakan Mas Gagah, terlalu cepat. Paling tidak dibuat benar-benar sedih sampai klimaks kemudian baru ada adegan baru yang muncul.

Mungkin saya hanya menemukan beberapa hal kecil itu aja, not major mistakes sih. Tapi bagi die hard fans seperti saya jadi gak dapet feel nya. Sekedar catatan, saya nonton berkali-kali jadi saya bisa melihat film ini secara detil dan menyeluruh. Kalo cuma sekali trus nulis review and ratingnya jelek, yah, gak mutu banget deh!

Nah, sekarang bagian kelebihannya yang membuat saya kagum pada film ini.

Pertama, Kita bisa menonton film ini tanpa perlu menonton film yang pertamanya. Jadi bisa dikatakan film ini bisa berdiri sendiri. Flashback scene nya pun dipilih yang mewakili keseluruhan dari film yang pertama sehingga tidak membuat bingung penonton baru. Golden scene yang ada di film pertama ditampilkan lagi sekilas, agar penonton mengetahui benang merah cerita sebelumnya. Bagi penonton KMGP sudah pasti flashback itu jadi semacam reuni kecil setelah 1 setengah tahun dari film yang pertama. Bisa kita bayangkan bagaimana hebatnya, film ini bisa ditonton tanpa perlu menonton film yang pertamanya tetapi masih dapat feel nya.

Kedua, jalan cerita yang berbeda dan alurnya tidak linear dan endingnya yang tidak mudah tertebak. Bahkan saya tidak percaya jika endingnya seperti itu. Benar-benar diluar dugaan. Semua tokoh tereksplor dengan baik sesuai dengan porsinya masing-masing. Jika di film pertamanya yang tereksplor porsinya lebih banyak Gagah dan Gita, disini semua tokoh kebagian peran masing-masing dan tereksplor dengan baik. Kita jadi mengenal tokoh Nadia, Kiyai Ghufron, dll yang di film pertama perannya belum terlalu signifikan. Setiap karakter unik dan mempunyai hal yang berbeda-beda.

Ketiga, film yang penuh dengan kata-kata puitis dan quotes ciamik. Bahkan dari narasi yang dibacakan masing-masing tokoh saja, saya bisa bilang ini film romantis dan puitis. Semua kata-kata puitis itu tersalurkan dengan gambar-gambar yang mewakili perasaan tokoh masing-masing. Seperti gambar deburan ombak, dua keong laut, burung camar, dll. Amat sangat jarang film di Indonesia yang mempresentasikan pikiran para tokohnya lewat scene-scene yang diputar secara implisit.


"Work Hard, Give Hard" -Kiyai Ghufron-


Keempat, gambar yang menyajikan keindahan Ternate dan Halmahera Selatan membuat saya kembali takjub. Awal KMGP muncul, saya langsung mengubah mindset saya kalau travelling tidak harus ke Luar negeri melulu. Melihat keindahan alam Ternate yang diceritakan di film pertama membuat saya memasukkan Ternate ke local traveling destination saya. Namun, belum sampai pergi kesana, di film kedua ini saya mendapatkan kembali keindahan alam Halmahera Selatan. Bagaimana tidak berkeinginan kuat travelling kesana jika sepanjang film diputar disajikan pemandangan yang indah-indah dengan angle pengambilan gambar yang tidak biasa. Beberapa scene yang menurut saya menakjubkan adalah saat Gagah dan Yudi berada di atas boat melintasi masjid dengan sunset di depannya, kemudian pengambilan scene terakhir dengan menonjolkan air yang biru dan pantai yang putih,serta scene-scene menakjubkan lainnya. 

 
Pemandangan ajib bingits!

mupeng abiss...


Kelima, sarat muatan nasehat yang bikin hati teduh. Saya mendapatkan nasehat lewat tokoh di film ini tanpa merasa digurui. Ada beberapa nasehat yang membuat saya terdiam dan berlinangan air mata, ada yang membuat saya “jleb”,  ada yang membuat saya berdecak kagum, ada yang membuat saya teringat “seseorang”, dll. Pokoknya momen tausiyahnya mengena sekali. Kalaupun ada yang terasa menggurui, menurut saya wajar karena ceramah hakikatnya memang seperti itu. Mbak Dee (sintingbuku.blogspot.com) menulis : Kadang kita lebih mengkhawatirkan bagaimana kebaikan mempengaruhi kita dibanding ketidakbaikan yang seperti air bah menghantam keluarga kita; tanpa bisa kita bendung, tanpa kompromi, dari empat penjuru mata angin. Mungkin saya lebay, tapi itulah realita yang terjadi. Jadi, kebaikan juga harus selalu digelorakan dan anak remaja kita tidak jadi generasi bingung.


Masih banyak lagi sebenarnya yang ingin saya tulis tentang film ini tetapi mungkin tidak akan cukup disini. Saya sangat menyukai  setiap detil yang ada di film ini, semuanya dibuat penuh perincian dan matang. Sebagai movie maniac yang gemar menonton dan mengomentari film, saya sebenarnya termasuk kejam jika mereview film. Film hollywood saja bisa saya bilang “rubbish” apalagi film Indonesia yang jujur saja saya tidak terlalu suka tonton. Tapi untuk film DSC saya benar-benar jatuh cinta.

Banyak kritik negatif yang mampir juga di telinga saya tentang film ini dan pastinya mereka mengkritik saya juga yang dibilang “Lebay” karena menonton film ini sampai berkali-kali. Kalau banyak orang yang berani membayar mahal untuk menonton film yang tidak jelas, maka kalau saya menonton film berkali-kali sebagai support film baik, menurut saya adalah wajar. Apalagi film ini bukan cuma sekedar film, tapi juga sarana tafakkur dan takzkiyatun nafs. Kerennya lagi, film ini tidak serta merta mencari keuntungan semata, tetapi justru film ini akan menyumbangkan donasi via Dompet Dhuafa jika pendapatan film ini tembus 1 juta penonton! Kalaupun tidak sampai 1 juta penonton, sebagian hasil dari film ini tetap akan digunakan untuk dana kemanusiaan dan pendidikan via Dompet Dhuafa lagi. Jadi, menonton film ini berkali-kali pun tidak merasa bersalah sama sekali, karena kita ikut berpatisipasi untuk mencapai goal itu kan?

Selain itu, sudah mestinya kita sekarang kita mendukung film-film baik. Film yang dibuat oleh sineas muslim tanpa dibubuhi pesan2 sisipan. Tujuan mereka membuat film pastinya untuk dakwah juga agar cakupannya meluas. Tidak melulu dakwah di dalam masjid kan? Dakwah di gedung bioskop dengan film baik ini bisa menjangkau orang lebih luas dan heterogen. Juga memberikan mereka alternatif hiburan setelah sekian banyaknya dibombardir oleh film-film roman picisan dan hollywoodism. Lagipula, dakwah kepada orang-orang baik dan sevisi mungkin sudah biasa, yang tidak biasa adalah dakwah kepada orang lain yang tidak pernah terpikirkan oleh kita, ya, seperti  penonton bioskop itu.

So, I highly reccommended this movie! Bukan, bukan karena saya “kmgp-freak”, tetapi karena film ini memang baik, dibuat oleh orang-orang baik, dimainkan oleh orang-orang baik, diproduksi oleh orang-orang baik juga, dan pastinya, semua kebaikan itu akan menemukan jalan menuju ke kebaikannya yang lainnya. Anda baik, nonton film ini jadi tambah baik. Anda belum baik, menonton film ini Insya Allah bisa menjadi baik. Kalau anda baik dan menonton film ini malah biasa-biasa saja, rogoh hati kamu, mungkin ada sesuatu yang tidak baik menyangkut disitu. Selamat menonton film Duka Sedalam Cinta! Biarkan duka mu menjelma menjadi cinta yang bergelora***(yas)



Bekasi, 24th of October 2017
@myoffice, 09.42
Back to you!


***

Galleri foto saya!

Foto bareng Kiyai Ghufron alias Ustadz Salim A. Fillah

My favorite supporting actress nih. Sayang di DSC perannya sedikit

Tiket sepanjang jalan kenangan

Ngadain nobar yang full house

Ketemu Mbak Intan yang lg nonton DSC juga. Sekalian kampanye Mas Ganjar. Hahaha...

Premier Duka Sedalam Cinta di Kokas


Update now, pintu studio baru dibuka udah sepenuh ini...

1 comment:

Unknown said...

Hmmmm...
Masih ada unsur emosi pribadi yang terasa dalam tulisan. Sharusnya sih... kurangin lah. Biar objektif review-nya.

Bay de wey, koleksi fotonya kurang lengkap tuh. Gak ada foto bareng bersama "orang yg ngerjain layout buku 'Duka Sedalam Cinta'". Hahahaha...