Wednesday, March 15, 2017

Becoming A Fat Person!



" Berapa berat badan kamu, Yass?"

Jika pertanyaan ini diajukan 16 tahun yang lalu maka saya hanya bisa nyengir kuda saja. Betapa cungkringnya saya di masa itu dengan pipi tirus layaknya model-model yang diet makan. Model mah keren ya punya pipi tirus, lah saya? Antara setengah keren atau kekurangan gizi. Hahahah...

Saya merasakan sekali susahnya menaikkan berat tubuh. Zaman SD berat badan saya cuma 45 kg. Dengan tinggi badan sekelas model 😅  sekitar 155 cm, berat badan segitu sungguh tidak ideal. Badan saya tinggi menjulang dengan tubuh kurus kering. Gak heran kalau kemudian saya dibully dengan sebutan "Jelangkung" ataupun sindiran-sindiran setipe.

Pada saat SMA, berat saya bertambah menjadi 55 kg. Bukan lemaknya yang bertambah tapi tulangnya! Hahahah.... karena tinggi badan saya juga bertambah maka otomatis berat tulang juga bertambah. Dan 55 kg itu turun naik bergantian. Kadang 55 kg, next time 53 kg. Next time lagi 52 kg. Mentok lagi di 55 kg. Turun naik silih berganti tapi gak pernah melewati angka 55 kg. Rasanya tuh naik 1 kg aja susahnya minta ampun. Padahal udah makan banyak, minum susu, bla bla bla yang lain. Tapi tetap aja mentok lagi di 55 kg terus.

Jangan tanya untuk turunnya. Gak makan dikit aja, atau puasa sunnah aja, otomatis tubuh langsung berkurang beratnya. Tinggal naikinnya berjuang dengan sekuat tenaga membara bergelora dalam dada mememuhi rongga-rongga hingga tiada tersisa... hehehehe....lebay.com.

Pernah saat akan menjadi donor darah langsung ditolak dengan alasan proporsi berat dan tinggi tidak ideal. Setelah itu dapat celetukan, "kalo ente donorin darah, tubuh ente bakalan tambah kurus deh Yass,". Tinggal saya bengong sambil nelen plastik...hahaha

Beberapa teman yang senasib dengan saya juga merasa bingung dengan apa yang terjadi. Seorang teman malah merasa takjub melihat lengan saya yang katanya pipih bagai batu pipih purbakala...hahaha... Boro-boro ada otot di lengan saya. Yang ada setiap kali saya mengencangkan lengan, malah timbul penampakan tulang-tulang rangkanya.

Wajah pun semakin tirus, bukan karena kekurangan gizi tapi karena lemak yang enggan nempel. Perut udah gak perlu ditanya lagi, setiap meraba bagian dada langsung muncul tulang-tulangnya. Kalau ketemu orang gemuk, langsung curhat dan minta tips gimana caranya biar jadi gemuk. Segala tips saya coba lakukan, mulai dari minum susu sebelum tidur, makan mie instant setiap malam, minum susu bla bla bla, dll. Tapi hasilnya tetap aja nihil. Naik sih, tapi cuma 0,01 kg! hahaha...

Setiap ketemu teman, saudara, atau siapapun, pasti komentar utamanya, "Kamu kurus banget sih, Yas? Coba deh kamu gemukin badannya dikit,". Awalnya sebel tapi lama kelamaan jadi kebal.

Tetapi ada juga keuntungan menjadi kurus. Dengan tubuh kurus saya otomatis terbiasa berjalan dengan cepat. Sampai ada yang bilang, "Yas, orang baru sekali melangkah, ente udah dua langkah,". Terus saya juga terbiasa lari tanpa berhenti. Jadi klo ada atletik dari sekolah atau pada saat lari pagi, saya bisa berlari 800 meter tanpa berhenti. OMG!

Keuntungan lainnya menjadi kurus adalah pergerakan saya menjadi lebih ringan. Suatu kali pada saat sedang mukhoyam (berkemah), pada saat acara outbond, saya dengan mudah menaiki palang bambu bertingkat atau keluar dari selokan dengan cepat. Ya, dibandingkan dengan beberapa teman yang berbadan besar, saya merasa lebih cepat. Beberapa teman gerombolan berat itu ada yang sepertinya bersusah payah untuk menaiki anak bambu. Beberapa orang malah mencoba membantu menopang tubuh orang itu. Kalau lihat momen seperti ini bikin tersenyum sendiri deh.

Akhirnya saya memutuskan untuk menerima tubuh saya apa adanya. Sambil tetap berusaha menaikkan berat badan. Yang terpenting bagi saya adalah tetap lincah dan sehat pastinya ya. Dengan tubuh kurus di zaman itu, saya senang berjalan jauh (rekor terjauh adalah Bogor Jakarta jalan kaki), lari pagi tanpa berhenti, dan kemana-mana bisa bergerak dengan cepat.

Dan................ eng ing eng......

Pada suatu hari, di minggu yang cerah bertepatan dengan acara CFD, seperti biasa saya jogging minggu pagi. Dan kenyataan pahit itu pun menghampiri. Kalau sebelumnya saya terbiasa lari selama 30 menit tanpa berhenti, sekarang... baru 5 menit sudah ngos-ngosan. Udah seperti butuh tambahan oksigen dan nafas buatan, eh gak deng... bener-bener seperti berat membawa tubuh ini untuk lari. OMG! What's going on with me?

Pada suatu acara mukhoyam pun, beberapa tahun sebelumnya, saya juga merasakan hal yang sama. Saat akan memanjat pagar bambu, rasanya mengangkat paha itu berat bangets! Begitu juga saat akan naik dari sebuah parit kecil di pegunungan, mengangkat paha juga terasa berat. Ditambah lagi pakaian yang basah menambah berat beban tubuh. Jadilah saya berkali-kali mencoba mengangkat tubuh saya. Berkali-kali jatuh, berkali-kali bangkit lagi. Rasanya saat itu pengennya diangkut pake rakit deh...hahahah...

Dan saya pun menimbang berat tubuh saya. Di angka timbangan itu tertera "63.5" kg! OMG! Sejak kapan berat badan ini naik dengan drastis? Terakhir, pada saat menulis ini, berat saya sudah 67.5 kg! Gubrakkk!!

Setelah saya pikirkan dengan seksama, ternyata pola makan saya memang yang membuat tubuh saya bertambah bobotnya. Perjalanan ke tempat kerja yang jauh, Jakarta - Bekasi, mengendarai sepeda motor membuat saya cenderung cepat lapar. Konsekuensinya, setiap pulang kerja saya pasti menuruti kemauan saya untuk mampir ke tempat-tempat makanan tertentu mulai dari makan pizza, ayam bakar, ayam kaki 5, seafood, roti bakar, empal gentong, dll atau sekedar duduk nongki-nongki chanci sambil nulis blog ditemani minuman favorit dan cemilannya (walaupun pada kenyataannya, minum dan ngemilnya lebih banyak ketimbang nulisnya 😎  hahaha... jadilah perut saya mulai mengembang.

Motto "Lebih baik makan banyak biar sehat daripada sakit," ini juga yang membuat saya selalu berkompromi untuk mampir tempat-tempat makanan itu. Bayangkan saja, pagi seusai sarapan nasi rames, jam 10 nya sudah mulai berontak lagi itu perut. Belum ditambah makan siang, cemilan sore dan makan malam serta cemilan sebelum tidur. Aihh.....

Kalau dulu saya bisa menahan lapar dari pagi sampai malam tanpa makan apapun, sekarang sepertinya itu hanyalah sebuah mimpi. Selain ada kemungkinan mag saya kambuh, rasa lapar itu terasa cepat banget datangnya. Jadi klo kata orang betawi, saya tuh "ngeganyem" terus kerjaannya.

Hal lain yang membuat badan saya melar adalah kebiasaan saya jalan kaki juga mulai berkurang. Kalau dulu saya sering wara-wiri berorganisasi, sekarang semuanya sudah mulai berkurang. Jika saya punya waktu libur, saya lebih senang mendekam di kamar atau jalan-jalan....... wisata kuliner! hahaha... lagi-lagi gak jauh dari makanan.

Sekarang jalan sedikit aja udah ngos-ngosan. Lari pagi belum semenit udah terengap-engap. Jauh berbeda dengan yang dulu. Dulu enggan banget naik motor. Naik angkot or kereta lebih asyik. Tapi semenjak kemacetan merajalela, kerjaannya naik motor melulu untuk menghindari kemacetan di dalam angkot. Hadeeehhh...

Saya semakin tersadar bahwa tubuh saya berubah saat tahiyat awal atau akhir dalam sholat. My hip is thicker than before! Iya disitu menggumpal lemak. Belum lagi sapaan orang-orang lama jika ketemu dengan saya, "Yass, kamu sekarang gemukkan ya?"

Sebenarnya gak apa-apa sih menjadi gemuk tapi jika dibarengi dengan pergerakan tubuh yang tinggi juga. Tapi sayangnya dalam kasus saya malah jadi lebih cepat capek dan malesssss.....

Akhirnya saya pun tersadar. This is cursed of fat people! OMG syeramnyaaaa.... Im in the shoes where I never thought before. Rasa merasakan apa yang dulu tidak pernah saya bayangkan. Jadi gemuk! Welcome the club, Yass! Teringat dulu sempat mencandai teman yang bertubuh gemuk.

Jika melihat foto awal-awal yang saya upload di accoun sosmed saya dengan foto2 yang sekarang, jelas terlihat perbedaannya. Pipi tirus bak model itu sudah tidak ada disana, berganti dengan pipi chubby gak, gak chubby pun juga nggak, pipi pertengahan...hahaha...

Jadilah saya memutuskan untuk mengontrol jumlah asupan makan saya. Sekarang sebisa mungkin saya menghindari karbohidrat dan gula. Dan jumlah makanan yang masuk pun sebisa mungkin saya batasi. Walaupun saat ini tebih banyak yang dilanggarnya...hahaha... tapi demi mengembalikan gerakan prima saya, maka saya harus berusaha sekuat tenaga.

Ditambah lagi dengan bertambah tuanya saya, saya menyadari mekanisme kerja tubuh pun melambat sehingga mengakibatkan perut yang terlihat seperti orang sedang hamil....hahaha. Antisipasinya, saya enggan memakai kaos tipis yang bisa menonjolkan perut saya... hahahah...

Yang terpenting sekarang adalah bagaimana saya bisa tetap sehat dan prima. Dulu saya pernah berpikir, "orang berumur **** (sensor) rasanya seperti apa ya?" And now Im there!! Rasanya ya gak seprima waktu masih muda dulu.

Sekarang adalah waktunya menjaga kesehatan, menata pola makan, melihat apa yang kita makan dan mengurangi makanan-makanan yang memicu suatu penyakit. Gemuk asalkan sehat itu lebih baik. Kurus dan sehat itu juga bagus. Semua adalah karunia dari Allah. Banyak kok orang yang gemuk tapi lincah kesana kemari dan gesit. Banyak juga orang kurus yang kerjanya malas-malasan. Asalkan semuanya sesuai dengan porsinya maka itu akan menjadi lebih baik. Dalam Islam dikatakan, yang pertengahan adalah yang lebih baik.

Membully orang gemuk atau kurus adalah cara terendah menutupi aib diri sendiri. Memotivasinya untuk hidup sehat itulah yang paling bagus. Yang terpenting, dimana ada kemauan disitu pasti ada jalan, when there's a will there's a way.

Jadi, untuk sekarang saya mencoba berdamai dengan diri saya sendiri sambil berucap,"Ok, you can to be fat but you dont have to loose your positive energy". Pikiran kita adalah sumber yang utama. Allah juga menegaskan bahwa ketakwaan seseorang itu tidak memandang fisik. Mau gemuk ataupun kurus asalkan bertakwa, maka itu yang terbaik.

So, jadi gemuk?? Siapa takut! Menjadi kurus?? Jangan dong kalau bisa....hehehehe***(yas)






Bekasi, 15th of March 2017
16.50 @my office
Stay Healthy! Stay Positive!


No comments: