Monday, March 20, 2017

(Movie Review) The Nekad Traveler : Not Only Traveling!




Twenty years from now you will be more disappointed by the things that you didn't do than by the ones you did so.

Mark Twain


Siapa traveler yang paling berpengaruh dalam hidup saya, yang membuat saya ingin mewujudkan mimpi saya menjadi seorang Traveler? Yup, jawabannya adalah Trinity!

Seperti biasa, saya selalu gak tertarik sama buku-buku yang sedang hangat dibicarakan oleh teman-teman. Waktu itu yang lagi heboh adalah bukunya Trinity dengan judul "The Naked Traveler". Salah seorang adik kelas heboh membicarakan buku itu. Namun saat bertanya pada saya, apakah saya sudah membacanya, saya langsung menggelengkan kepala.

Benar apa yang dihadirkan Trinity pada awal film. Membaca tulisan NAKED itu udah bikin saya antisipasi aja. Apa sih itu buku palingan hal-hal yang nyerempet2. Jadi gak ada keinginan buat baca. Baru belakangan saya membaca salah satu artikel Trinity yang bercerita tentang parahnya toilet di Cina. Eh, kok bahasanya asyik dan informatif sekali ini buku. Akhirnya saya berburu itu buku sampai akhirnya saya koleksi semuanya, mulai dari The Naked Traveler 1-4 sampai The Naked Traveler RWT,  The Naked Traveler versi bahasa inggris dengan cover merah, the naked traveler yang cerita tentang hantu, sampai yang terakhir The Naked Traveler 7. Semua jadi koleksi saya dan hanya perlu waktu sehari atau dua hari buat ngabisin satu buku. Di ujung halaman pasti selalu ngeluh sendiri : Yaaahhh... udah abis. Abis baca bukunya amat sangat gak terasa dan itu tadi, nyantai tapi informatif.

Tapi sekarang saya bukan ingin membahas bukunya, melainkan ingin membahasa filmnya.

Awalnya saya cukup bingung setelah ada info bahwa buku The Naked Traveler akan difilmkan. Kira-kira seperti apa ya? Negara apa aja yang akan dibahas dan siapa pemainnya. Kemudian setelah bertahun-tahun menunggu, akhirnya poster film itu muncul juga. Film ini dibintangi oleh Maudy Ayunda dengan sutradara Rizal Mantovani. Aih, agak kecewa sedikit, karena saya bukan penggemar Maudy yang menurut saya agak-agak jutek, hehehe... Jadi agak males buat nonton ini film. Apalagi saya paling anti nonton film Indonesia kalau gak ada embel-embel tentang dunia traveling atau film islami.

Dan here I am! Duduk manis di cafe XXI sambil nulis tentang review film ini 😀  Pergi jauh dari Jakarta ke Bogor cuma buat nonton film ini. Weekend pula! Saya paling anti nonton pas weekend, selain mahal juga rame. Apalagi weekend nonton film Indonesia, hadeeehhh.....

Memang awalnya tanpa rencana sama sekali. Sehabis makan siang di daerah Tebet, saya langsung chao naik kereta. Tujuannya ke mana belum jelas. Kalo ke bogor juga ngapain, klo ke Depok juga ngapain. Lalu ide itu datanag, nonton Beauty and The Beast di Botani Square or Depok Plaza, tapi eh bujug tiketnya mahal! Ya udah ganti nonton The Nekad Traveler dengan bioskop yang paling murah. Sayangnya di Depok lagi gak tayang, dan di Bogor diarahkan di BTM 21. Aduh ngebayangin bioskop jadul dengan kursi yang udah lama. Belum tentu juga itu film bagus. Tapi, no choise no other option.

Sampai di Bogor disambut dengan hujan juga. Hadeeehhh.... Worth it gak ya nonton ini film jauh-jauh? Sampai bioskop ambil yang jam 14.40 dan pas sampai itu udah main film tapi Alhamdulillah masih iklan yang gentayangan jadi saya masih kebagian yang awalnya.

Oke sekarang kita bahas tentang filmnya!

Filmnya dibuka dengan musik dan pemandangan yang asyik banget! Ada promo2 wisata daerah juga. Maudy Ayunda lagi leyeh-leyeh di atas ban renang berbentuk semangka. Saya tetiba langsung suka dengan konsep film ini.

Film ini bercerita tentang Trinity, seorang traveler yang terjebak menjadi mbak-mbak kantoran. Jiwanya yang menginginkan traveling kesana kemari seringkali terbentur dengan jadwal kantor yang padat. Ditambah lagi dia harus berhadapan dengan bos nya (yang diperankan dengan apik oleh Ayu Dewi) yang walaupun galak tapi sebenarnya baik. Jadilah Trinity seringkali mencuri2 waktu cuti dengan sayarat semua pekerjaan sudah diselesaikannya dengan baik. Ditambah lagi, Trinity harus menghadapi pertanyaan orang tuanya "Kapan Nikah?" yang seolah tak pernah ada habisnya.

Trinity juga berteman dengan Yasmin dan Nina (Kalau dibuku saya lebih suka Yasmin, tapi di film ini saya lebih suka Nina) yang sama-sama mempunyai jiwa traveler. Ditambah lagi dengan sepupu Trinity yang bernama Ezra yang menambah keramean traveling mereka.

Dalam perjalanan travelingnya itu Trinity bertemu dengan Paul, yang awal mulanya dia sangka sebagai Mr. X. Pertemuan yang tidak direncanakan terjadi berkali-kali dan mengantarkan mereka pada kisah asmara.

Namun ternyata Trinity merasakan kehampaan dalam travelingnya itu. Hingga akhirnya dia tersadar bahwa traveling itu bukan sekedar memenuhi bucket list saja, tapi juga bagaimana orang lain terinspirasi dan bisa melakukan seperti yang dia lakukan.

Ah, awal yang bagus akhirnya ditutup dengan ending yang bagus juga. Two thumbs up banget!

Dalam film ini kalau kita sudah membaca karya2 Trinity maka akan menemukan hal-hal yang ada di dalam buku. Misalnya saat Trinity memakan Day Old (anak ayam yang baru berumur sehari kemudian digoreng dan dijadikan jajanan pinggir jalan), atau saat Ezra "dipaksa" memakan Balut. Aih, walaupun jijik saya sempat terpingkal-pingkal. Juga tokoh Mr X yang langsung bisa saya kenali.

Penampilan Trinity sebagai cameo juga bikin saya senyum-senyum sendiri melihat akting lebaynya. Keren bangets!

Untuk urusan akting, semuanya saya berikan jempol. Gak ada yang akting kaku, semuanya natural, termasuk si Citra yang unik itu. Selain Maudy Ayunda yang bermain sangat bagus (cantik dan pintar pula), peran Ayu Dewi juga bikin gregatan tapi bikin ketawa. Yasmin dan Nina serta Ezra juga pas, gak dibikin lebay.

Skenario juga lancar dan menarik. Cerita ditulis seperlunya dan seperti bukunya, Informatif! Jadi gak memaksakan semua isi buku dituangkan dalam film. Trinity dan penulis skenario benar-benar menggarap naskah untuk film ini secara selektif namun tepat dan informatif. Hampir sepanjang film ini disajikan info-info yang bagus semisal jadwal berburu tiket, dll. Jugaaa.... gak ada adegan yang gak perlu. Bagi saya semua adegan di film ini perlu karena akan mempertemukan dengan sesuatu yang menarik. Kayak misalnya, awalnya saya merasa adegan Trinity sama Paul itu cuma pemanis ajah, tapi nyatanya saya salah. Adegan itu justru membawa ke titik klimaks akan travelingnya Trinity. Plesssss.... informasi pasir nyala itu sesuatu bangets!

Untuk gambar, gak usah ditanya lagi. Bener-bener deh, selama hampir 2 jam kita bener-bener dimanjain dengan gambar yang ajib banget. Daaannn.... sudut pengambilan gambarnya itu juga profesional khas Hollywood banget, bukan abal-abal. Jadi bener-bener bikin kita mupeng ke suatu tempat itu. Sepanjang film saya selalu mencatat dalam otak saya untuk kesana-kesini...hehehe...

Musiknya juga ampun-ampunan. Ciri khas daerah atau background choir dengan gambar pemandangan itu bener2 bikin tubuh bergidik banget. Gak seperti musik scoring film kebanyakan yang standar, tapi scoring musik film ini cocok banget dengan tema traveling. Khas dan etnik banget.

Dannn......... jreng jreng.... aye pengen nonton film ini lagi! Gak bosen ajah. Sumpah beneran, gak asyik kalau cuma nonton sekali.

Moral dari film ini juga bagus menurut saya, Try to reach your bucket list without feeling selfish! Ya, boleh aja berkeinginan ini itu tapi tetap harus perhatikan keadaan sekitar, teman, saudara, keluarga, dll. Dan yang terpenting, bagaimana apa yang kita lakukan itu bisa menginspirasi kebaikan buat orang lain bukan cuma diri sendiri. Dan jika kita punya keinginan kuat jangan lupa berdoa dan biarkan semesta mendukungmu. Asyik dah pokoknya.

Seusai nonton film ini, saya yang sedang galau tetiba merasa : Lo mesti lakukan ini Yass, kalau gak pengen menyesal seumur hidup karena ini adalah impian elo!

Ooops! Oke, Bismillah!

Bagi saya sendiri ini adalah film terbaik karya Rizal Mantovani yang harus diapresiasi dengan baik. Sayangnya film ini dapat jatah layar sedikit karena berbarengan dengan filmnya Mbak Belle. Aduh, sayang banget!

Bagi saya seorang traveler pemula, melihat film ini menadi semakin terinspirasi untuk traveling ke berbagai tempat, bukan cuma belahan dunia tapi juga Indonesia, negeri tempat saya dilahirkan yang begitu indah dan menawan. Selain itu, bukan cuma traveling nya aja tapi bagaimana mengumpulkan uang agar bisa mewujudkan keinginan traveling kita itu.


Islam sendiri juga menganjurkan ummatnya traveling seperti dalam surat Al-Mulk ayat 15 :

“Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.”

Yang berarti sebagai umat Islam kita justru harus mengenal Allah lewat Ciptaan-Nya. Tafakur alam adalah salah satu sarana mendekatkan kita kepada Allah. Banyak loh, traveler yang akhirnya masuk Islam setelah traveling ke semua penjuru dunia.

Dalam sebuah buku dahsyat karya Ibnu Battutah juga dikatakan bahwa para umat pendahulu traveling ke segala penjuru dunia seperti Ibnu Battutah itu sendiri. Bumi Allah itu luas maka berjalan dengan tunduk dan selami segala keindahan yang merupakan keindahan Maha Karya Nya. Jika dunia saja bisa seindah ini, bagaimana dengan surga? Ahhh... semoga terwujud untuk ke surga kelak.

Jadi, yuk traveling! Gak perlu yang jauh dan mahal kok. Gak perlu juga rame-rame, jika sendiri bisa menentramkan jiwa. Intinya, bergerak dan bertafakur. Oiya jangan pernah minta oleh-oleh ya dari orang yang sedang traveling.

Terima kasih Mbak Trinity. Terima kasih The Nekad Traveler. You're such an inspirator for me! Bukunya bagus, filmnya bagus, dan amat sangat menginspirasi.

Nah, sekarang kapan kamu terakhir traveling? (cring...cring....kedip2in mata 😘  )***(yas)



Bogor, 19th of March 2017
18.20 @Cafe XXI BTM
Stay Positive. Stay Traveling!


Tiket nonton saya di atas tumpukan buku The Naked Traveler


Bahasa tulisannya yang informatif membuat saya suka buku ini


Nulis blog  kali ini dihiasi pemandangan keceh badai kayak begini

2 comments:

puput said...

Wow jdi penasaran mau nnton juga tp ndak kesampaian tp bacaa blog mas yas jdi merasa kayak nnton...

Emma Indirawati, S.Psi., M.Psi. said...

Wow kereeen tulisan Mas Yass..Jdi pengen nonton bingits
😃😃