Wednesday, February 8, 2017

A Bunch Of Poetry





MERINDUKAN CINTA


Aku menantimu pada waktu pagi
Saat kuncup itu merekah menjadi sebuah bunga matahari

Aku menunggumu pada waktu siang
Saat cinta itu sudah disepertiga akhir dari buku abadi kehidupan

Aku mengejamu pada malam hari
Saat kangen ini berbuncah rasa sakit karena tak tahu kemana dia akan berlabuh

Menantimu ada keniscayaan
Bagai api jiwa yang kau bakar pada tala yang rapuh

Hingga mata ini mendidih di titik tertinggi
Menjerit tajam pada bibir yg terbiasa bisu
Dan ceracau tanpa gumam pada nyanyian rindu yang tertiup angin

Menunggumu bagai pagi yang tersenyum pada awan kelabu
Lalu hujan membasahi desah desah rindunya

Tak terapal mantra kangenku
Pada jejak jejak hati yang tertulis abadi dihatiku
Tapi ku tak tahu milik siapa


Jakarta, 11th of January 2017

at home, 15.55 pm


DOSA-DOSA YANG BERGUGURAN


Dosa-dosa kita terlalu banyak...
Kita ciptakan setiap hari dalam gerak kita
Kita nadakan dalam senandung hidup kita
Kira rangkai dalam ucapan yang bahkan tak terlisankan

Lalu kita saling menjabat
Merangkai jiwa di dalam hati dan sanubari kita
Menyatukan hati kita yang bersemburat cahaya iman
Entah apakah pada saat itu hati kita sedang bersinar,
atau hitam laksana mendung yang menggulung

Ketika kedua tangan kita menyatu
dosa-dosa tak terlihat itu menguap meninggalkan tempatnya
mengurangi tempat hati-hati kelam kita,
hati yang tiap kali menjadi hitam jika dosa itu melekat
Dosaku berguguran, dan dosaku berguguran
layaknya dedaunan kering yang melayang lepas dari tangkainya

Adakah yang lebih indah dari berjabat tangan?
Saat hati-hati membuka jalan untuk bertaut
Saat eratan kita mendamaikan hati yang gelisah
Saat tatapan mata kita bersinar indah karena saudaramu
Saat dosa-dosa kita berguguran semakin banyak

Namun adakalanya,
Saat jabatan tangan itu justru melukai
Saat ukhuwah hanya terucap saja,
saat cinta saudara sebuah khayalan indah saja
Saat benci dan amarah menggelora di dalam dada
Saat hati tersakiti oleh puluhan ribu duri karena ucapaan atau tingkah laku

Kembalilah....
Gugurkan dosa-dosa itu,
walaupun serasa tanganmu memegang bara api yang sangat panas
Namun dosamu tetap berguguran
Dan perlahan kau akan temui sebuah pelangi indah di sanubarimu
Karena memaafkan dan berjabat tangan adalah pelangi yang terukir untukmu
Dan kau yang harus menciptkan sendiri

Berjabatlah,
Dalam kondisi hati sehat atau sakit
Bukan karena temanmu, bukan karena gurumu,
tapi karena Allah, Rasul dan dirimu sendiri
Karena jabatan tanganmu
mengartikan sebuah makna yang mendalam

dosa-dosa yang berguguran...

Itu lebih indah,
daripada hanya sekedar memendam api permusuhan
yang kelak akan membawamu pada orang-orang yang
tak dicintai-Nya...



Jakarta, 27 October 2011.
At my room, 15.01 am, menjelang Ashar


UKHUWAH

Pagi ini dalam taman surgawi
Kulihat pucuk-pucuk ukhuwah mulai bermekaran
Rona cinta terpancarkan dari beningnya hati
Hasrat jiwa yang menggelora tak tertahankan 
Untuk mengatakan cinta
Terbingkai indah dalam kasih sayang Ilahi Robbi

Siang ini pucuknya sudah mulai merekah
Menerbarkan aroma cinta yang terlihat indah
Membuat setiap mata ingin menatapnya penuh kasih
Menelusuri ruang jiwa terdalam dan mengisi kekosongan jiwa

Sorenya ukhuwah sudah menjadi bunga
Dengan balutan ketaatan dan ketaqwaan
Dihiasi rasa takut dan keimanan yang suci
Terangkai di dalam sanubari akan ketulusan fitri
Hingga detik pun tersa tak bertepi

Dan selepas malam dia sudah berdiri sendiri
Memasuki hati-hati setiap insan yang kering
Dan menyiramkannya dengan kasih
Hingga masanya diri ini
Pantas untuk disebut insan beriman




Jakarta, 11 Desember 2003


DIA MASIH DI SITU

Acapkali jiwa ini gundah
Menunggu tatapan mata-Nya
Acapkali jiwa ini resah
Ingin mendapat cahaya-Nya

Ada dua dalam setiap gerakan
Satu untuk-Nya dan satu untuk yang lain
Jiwa ini semakin resah
Gundah dan gelisah
Mengira Dia akan berpaling
Dan semua gerakan menjadi sia-sia
Tak berarti

Tapi…
Dia masih disitu
Menatap hamba-Nya dengan penuh kasih



No comments: