Saturday, January 14, 2017

Everybody's Changing




Sabtu ini saya diundang untuk mengisi kajian Sirah Nabawiyah di Rohis almamater saya (gak nyangka ya saya bisa diundang?hehe). Kangen berada di wadah ini sudah pasti. Tapi, mungkin sudah bukan zamannya lagi untuk berkutat di organisasi ini. Melow boleh, baper jangan :)

Saat kajian yang saya bawakan usai, kami sama-sama melaksanakan sholat dzuhur bersama. Saya melihat ada beberapa alumni Rohis yang baru saja usai sholat. Secara kebetulan, para alumni sekolah saya ini juga sedang mengadakan rapat untuk Alumni Akbar sekolah. Setelah bersalaman kami pun saling bertanya kabar masing-masing.

"Wah, bang, antum sehat banget ya bang!" 

Maksud sehat yang sesungguhnya adalah eufimisme dari kata "gemuk", hehehe...

"Iya, nih. Antum juga gak berubah-berubah ya akh, masih aja kurus,"

Saya pun tertawa lebar sambil berkata dalam hati, "Yes! That's my life, dude!".


Ya, ternyata kami sudah berubah. Berubah baik secara fisik maupun pemikiran.

Malam sebelum saya datang kemari, saya baru saja berpikir tentang beberapa orang teman dan adik-adik kelas di Rohis dulu yang beberapa di antaranya berubah secara pemikiran. Fisik yang berubah drastis diikuti dengan pemikiran yang berubah drastis pula. 

Status itu saya baca dari adik (mantan) binaan yang dulu sangat care terhadap Rohis dan tergolong garang kalo bicara tentang hukum Islam. Namun, saya little bit shock, saat baca status sosial medianya yang mendukung penista agama. Tak mau terjebak suu'dzon berlebihan, saya pun langsung stalking akunnya, dan memang banyak status-status beliau yang kontroversial.

Di status yang lain, saya melihat "adik-adik" ini memberikan komen yang "gak banget" di sebuah status teman saya. Isinya, bantahan atas sebuah opini yang mengatasnamakan toleransi. Beberapa di antaranya tanpa tedeng aling-aling, memakai bahasa yang menyamarakatan dia dengan si pemilik opini yang lebih tua. Sekedar catatan saja, kami di rohis, terutama murobbi saya, selalu mengingatkan untuk berlaku lebih sopan dengan abang-abang dan mbak-mbak yang lebih tua. Beberapa kali saya dan teman-teman mendapatkan teguran keras saat dirasa tidak menghormati abang dan mbak kami.

Banyak juga di antara mereka yang share postingan-postingan yang mengatasnamakan toleransi (toleransi versi mereka pastinya) dan situs-situs liberal ataupun Islamophobia.

Satu ketika saya kaget setengah mati, saat saya melihat seorang alumni kakak kelas saya yang dulu begitu saya kagumi memberikan komentar miring tentang Islam. Saat di komen itu diluruskan dengan dalil yang shahih, kakak kelas ini selalu membantah dan memutarbalikkan semuanya. Ngeyel kalau bahasa jawa nya. Sampai saya "terpaksa" ikutan komen di status itu.

"Astaghfirullah Abang, dulu saya paling kagum sama keislaman abang loh! Malah saya ngefans sama abang. Sosok kakak kelas yang begitu ingin saya ikuti. Tapi membaca komentar-komentar abang kok saya jadi bergidik sendiri ya? Astaghfirullah..."

Tulis saya. Tak lupa di akhirnya saya tambahkan emoticon menangis biar tambah dramatis.. heheh...

Dan tetap, balasan yang didapat adalah sebuah bantahan.

"Saya gak minta dijadikan panutan... bla... bla... bla... bla... "  

Sedih pasti, tapi gak pake baper.

Another case, saya melihat postingan adik-adik yang baru saja kerja di lingkungan heterogen, yang lagi-lagi anti mainstream. Teriak toleransi terhadap agama lain tapi nyinyir terhadap agama sendiri. Capcay deh...

Semakin tambah parah saat beberapa adik dan kakak yang dulu berkerudung, sekarang PD gila selfie dengan kerudung gaul maupun totally lepas kerudung! Astaghfirullah! *kejang-kejang

Dari dulu yang sampai nangis-nangis melarang temannya berpacaran, sekarang posting foto berdua dengan yang non muhrimnya (bukan suudzhon tapi sudah terbukti).

" Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak akan dapat memberi hidayah (petunjuk) kepada orang yang kamu sayangi, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk ”

[Al Qashash/28: 56]


Sedih pakai bangets! Apalagi beberapa di antara mereka adalah yang dulu pernah saya bina. Yang dulu kita sering mabid, rihlah, qiyamul lail bersama. Tapi saya cuma bisa sedih, karena hidayah Allah bukanlah urusan saya.

Namun itu yang berubah menjadi negatif, saya pun menemukan banyak juga yang berubah ke arah positif.

Akhwat yang dulu tomboi abis dan gahar, sekarang tertutup dengan jilbab panjang yang sesuai syariat. Mereka yang dulu bukan anak Rohis dan terkenal dengan "bad things" nya, hari ini saya menemuinya dengan banyak share kajian-kajian Islam (dengan sumber yang benar tentunya). Begitu juga dengan ikhwan-ikhwannya. Banyak yang tiba-tiba saya lihat posting foto dengan ustadz ini dan itu. Ada juga yang selalu update di tempat-tempat kajian yang ngehitz.

Yang ISTIQOMAH? Banyak juga! Saya contohnya (hahahah....kepedean). Yang dulu sampai sekarang masih dalam tonggak kebaikan banyak. Ada juga yang sempat futur tapi sudah berbelok arah lagi ke jalan dakwah.

Ah, Istiqomah, tidak sesimple namanya. Untuk dipraktekkan, You need more than just words! Ketika burung Hud-hud mengabarkan berita tentang Istiqomah, Rasulullah pun sampai beruban untuk mengaplikasikannya. 

Istiqomah bukan sekedar bertahan. Tapi bagaimana bertahan sambil membawa keyakinan yang kita punya. Tidak mudah, karena saat kita berdiri kokoh dengan keyakinan kita, angin badai dengan kekuatan penuh berusaha menjatuhkan kita. Belum lagi masalah hati. Istiqomah sambil menata hati bagaikan berjalan di atas sebilah pisau. Bisa, tapi mesti berdarah-darah.

Tapi hasil dari istiqomah adalah kepatuhan dan tsiqoh yang luar biasa. Semakin menjernihkan iman dan menguatkan hati dan batin. Umpamanya kuda liar yang berhasil ditaklukkan, dan dia menjadi kuda yang sangat patuh. Jika istiqomah itu mudah, apa yang akan diraih pun tak akan seindah perjuangannya.

Lalu apa yang menyebabkan mereka berubah selain hilangnya kata istiqomah? Kesombongan dan merasa dirinya paling hebat.

Beberapa adik-adik ini mempunyai jabatan di kampus yang sungguh luar biasa. Mulai dari ketua himpunan sampai ketua BEM. Lalu, kakak-kakaknya bukanlah siapa-siapa. Melainkan hanya seorang yang berusaha mengobarkan waktunya untuk membina adik-adiknya itu. Beberapa yang lain mempunyai karir yang bagus dan kekayaan yang belum pernah dapat sebelumnya. Hingga dia merasa, "siapa elu, nasehatin gw? Tanpa elu, gw juga bisa hidup kok,". Astaghfirulloh!

Di sebuah grup WA alumni saya sempat membaca tulisan seorang adik kelas dengan (dulu) jabatan di kampus yang mentereng dan sekarang hidup "ideal", menulis kata yang menurut saya tidak sopan pada seorang alumni Rohis senior. Tak lama seorang alumni senior mencoba memberikan nasehat dengan kata-kata indahnya. Tanpa dinyana, sang adik kelas langsung left grup. OMG! Your position didn't bring to your good attitude! Poor you!

Saya pun menjadi berterima kasih terhadap beberapa abang-abang saya di Rohis dulu dan juga murobbi saya dulu. Didikan mereka untuk bersopan santun terhadap yang lebih tua membuat saya selalu berpikir ulang jika ingin mengeluarkan kata-kata "tajam". Mereka memang tidak minta dihormati, tetapi perilaku kita yang meminta kita untuk menghormati mereka. Saya pun jadi merasa akrab dengan abang-abang itu. Tak ada batasan antara kita tapi menghormati mereka wajib hukumnya bagi saya.

Berubah adalah suatu kepastian. Jika tidak hari ini mungkin di waktu yang akan datang. Futur juga merupakan godaan. Jika belum menghampiri, dia akan selalu datang menggoda kita untuk mencobanya. Pilihan ada di tangan kita. Berubah menjadi yang lebih baik atau berubah menjadi lebih buruk dari sebelumnya. Sesungguhnya beruntunglah mereka yang hari ini lebih baik daripada hari kemarin, dan merugilah orang yang hari ini lebih buruk daripada hari kemarin. You decide what you want to be. Pada akhirnya, kehidupan seorang manusia itu dilihat pada akhirnya.


Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada akhirnya.” (HR. Bukhari)

Pada sumber yang lain, hadits ini menceritakan tentang akhir hidup seseorang :



Sahl bin Sa’ad As-Sa’idi berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melihat ada yang membunuh orang-orang musyrik dan ia merupakan salah seorang prajurit muslimin yang gagah berani. Namun anehnya beliau malah berujar, “Siapa yang ingin melihat seorang penduduk neraka, silakan lihat orang ini.” Kontan seseorang menguntitnya, dan terus ia kuntit hingga prajurit tadi terluka dan ia sendiri ingin segera mati (tak kuat menahan sakit, pen.). Lalu serta merta, ia ambil ujung pedangnya dan ia letakkan di dadanya, lantas ia hunjamkan hingga menembus di antara kedua lengannya.
Selanjutnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh ada seorang hamba yang menurut pandangan orang banyak mengamalkan amalan penghuni surga, namun berakhir menjadi penghuni neraka. Sebaliknya ada seorang hamba yang menurut pandangan orang melakukan amalan-amalan penduduk neraka, namun berakhir dengan menjadi penghuni surga. Sungguh amalan itu dilihat dari akhirnya.” (HR. Bukhari, no. 6493)

Lalu, bagaimana dengan saya? Apakah saya berubah? Definitely!

Phisically, perut agak lebaran. Pinggang gak ramping lagi. Tapi pastinya lebih kece (hahahah...kepedean). Secara pemikiran juga banyak yang berubah tapi Insya Allah masih dalam lindungan Ilahi. Alhamdulillah***(yas)




Jakarta, 14 January 2017
@Masjid SMAN 43, 15.05 pm



No comments: